Pilkada Kota Palangka Raya akan segera dimulai dengan dua pasangan calon (paslon) yang siap bersaing untuk memperebutkan kursi kepemimpinan. Fairid Naparin, petahana yang berpasangan dengan Achmad Zaini, dan Rojikinnor yang menggandeng Vina Panduwinata, masing-masing membawa strategi dan keunggulan untuk menarik suara warga.
Fairid Naparin: Keunggulan Sang Petahana
Salah satu keunggulan Fairid Naparin dalam Pilkada kali ini adalah posisinya sebagai petahana. Menurut analisis Jhon Retei Alfri Sandi, pengamat politik dari FISIP Universitas Palangka Raya, jaringan politik yang telah dibangun oleh Fairid selama lima tahun masa jabatannya akan menjadi modal utama. “Fairid diusung oleh banyak partai politik dan memiliki jejaring yang telah dia bangun selama pemerintahannya, ini menjadi keunggulannya,” ujar Jhon.
Keberadaan dukungan dari partai politik besar tentu memperkuat posisi Fairid, yang selama menjabat telah dikenal oleh warga kota. Sebagai petahana, ia bisa menawarkan kelanjutan dari program-program yang telah berjalan, yang menjadi penilaian penting bagi pemilih.
Rojikinnor dan Vina Panduwinata: Keterwakilan yang Berbeda
Di sisi lain, Rojikinnor dan Vina Panduwinata membawa keterwakilan yang menarik bagi segmen pemilih tertentu. Jhon menilai bahwa komposisi pasangan ini memberikan daya tarik tersendiri, terutama bagi pemilih yang mencari perubahan. “Rojikinnor dan Vina menawarkan keterwakilan yang bisa menarik pemilih dari segmen tertentu,” tambah Jhon.
Pasangan ini juga mendapat dukungan penting dari mantan Wali Kota Palangka Raya, Riban Satia, yang menjabat selama dua periode. Jhon menegaskan bahwa dukungan dari Riban Satia merupakan modal kuat bagi pasangan Rojikinnor-Vina. “Kapasitas Riban dalam menggerakkan massa pendukungnya tidak bisa diabaikan, ini jelas memberi keuntungan bagi pasangan Rojikinnor dan Vina,” ucap Jhon.
Kecenderungan Pemilih Palangka Raya yang Rasional
Dalam analisisnya, Jhon juga menyebut bahwa pemilih di Kota Palangka Raya cenderung rasional dalam menentukan pilihan. Mereka akan memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh petahana selama masa jabatannya sebelum memutuskan siapa yang akan mereka pilih. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Fairid, yang harus membuktikan bahwa capaian selama lima tahun kepemimpinannya telah memberikan perubahan signifikan bagi kota.
“Pemilih di Palangka Raya rasional. Mereka tidak hanya memilih karena popularitas, tetapi juga melihat apa yang telah dilakukan oleh petahana,” jelas Jhon. Hal ini menempatkan Fairid pada posisi yang harus mampu mempertahankan rekam jejaknya, sementara Rojikinnor dan Vina bisa menawarkan alternatif dengan visi baru.
Perbandingan Capaian Fairid Naparin dan Riban Satia
Salah satu hal yang juga menjadi sorotan dalam Pilkada kali ini adalah perbandingan capaian antara Fairid Naparin dan Riban Satia. Sebagai pengganti Riban, Fairid tentu harus menunjukkan bahwa ia telah mampu melanjutkan atau bahkan melampaui capaian Riban selama dua periode menjabat sebagai wali kota.
Jhon menekankan bahwa perbandingan ini akan menjadi faktor yang memengaruhi pemilih. “Masyarakat Palangka Raya dapat membandingkan capaian Fairid sebagai pengganti Riban Satia, ini jelas akan memengaruhi bagaimana mereka memilih nanti,” ujarnya. Dalam hal ini, Riban yang kini mendukung Rojikinnor-Vina, bisa menjadi pembanding yang menarik bagi pemilih.
Pilkada Palangka Raya 2024 vs Pilgub 2020: Beda Kontestasi
Jhon juga menyoroti perbedaan antara Pilkada Kota Palangka Raya kali ini dengan Pilgub Kalteng 2020. Menurutnya, meskipun pasangan Ben Brahim dan Ujang pada Pilgub 2020 memenangkan suara di Palangka Raya, konfigurasi politik dalam Pilkada ini berbeda. “Kontestasi Pilkada Kota Palangka Raya kali ini berbeda dengan Pilgub 2020, konfigurasi dan ketertarikan masyarakat juga berubah,” ungkap Jhon.
Kendati Ben Brahim dan Ujang sempat meraup banyak suara di kota ini, bukan berarti hasil Pilkada Kota kali ini akan sama. Pasangan Fairid-Achmad dan Rojikinnor-Vina membawa strategi yang berbeda dan mampu memengaruhi pilihan pemilih dengan basis massa yang kuat di masing-masing kubu.
Strategi dan Basis Massa Pasangan Calon
Setiap pasangan calon (paslon) memiliki strategi dan basis massa yang kuat untuk menarik suara pemilih. Jhon mengungkapkan bahwa variasi keterwakilan dari masing-masing pasangan calon menjadi kunci dalam menarik pemilih. “Setiap paslon punya basis massa dan strategi berbeda, variasi keterwakilan mereka bisa memengaruhi pemilih,” kata Jhon.
Di tengah persaingan ini, dukungan dari berbagai kelompok pemilih menjadi penting. Paslon harus mampu menyampaikan visi dan misi mereka dengan cara yang relevan bagi pemilih Palangka Raya yang cenderung rasional dalam memilih.
Akankah Fairid Kembali Menang?
Pada Pilkada Kota 2018, Fairid Naparin berhasil memenangkan kontestasi ini. Namun, menurut Jhon, hasil Pilkada kali ini akan sangat bergantung pada apakah masyarakat merasa ada perubahan yang signifikan selama masa jabatannya. Fairid yang kini mencalonkan diri lagi sebagai petahana harus mampu menunjukkan hasil nyata dari program-program yang ia jalankan.
“Fairid memenangkan Pilkada 2018, tetapi kali ini masyarakat akan menilai apakah ada perubahan signifikan yang mereka rasakan selama masa jabatannya,” tegas Jhon. Jika masyarakat merasa ada kemajuan, Fairid kemungkinan besar akan kembali mendapatkan dukungan yang kuat. Namun, jika tidak, pasangan Rojikinnor dan Vina bisa menjadi ancaman serius bagi kemenangan Fairid.
Pilkada Kota Palangka Raya 2024 akan menjadi ajang pembuktian bagi kedua paslon ini, dengan pemilih yang cenderung rasional dan mempertimbangkan rekam jejak serta visi masa depan yang ditawarkan.