Prabowo Subianto mengungkapkan penghargaan yang tinggi atas keputusan Miftah Maulana untuk mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama. Menurut Prabowo, langkah yang diambil oleh Miftah ini merupakan tindakan yang sangat ksatria.
“Saya kira kita hargai sikap kesatria itu. Saya kenal beliau, ya mungkin karena beliau memang bergaul dan sering berceramah di kalangan bawah,” ujar Prabowo dalam sebuah kesempatan. Prabowo memuji Miftah karena menunjukkan integritas dan rasa tanggung jawab tinggi terhadap posisi yang ia emban.
Hardiyan Saksono Mendukung Langkah Miftah
Kuasa hukum Miftah, Hardiyan Saksono, turut memberikan dukungan terhadap keputusan kliennya. Hardiyan mengungkapkan rasa bangga dan mengapresiasi sikap Miftah yang menurutnya mencerminkan jiwa ksatria. Ia mengutip pernyataan Prabowo untuk menunjukkan betapa mulianya langkah tersebut.
“Seperti kata pak Prabowo, sosok Gus Miftah ini memiliki jiwa ksatria, saya sangat bangga sekali mempunyai klien seperti beliau,” kata Hardiyan. Ia juga mendorong agar sikap seperti ini bisa dijadikan contoh oleh pejabat lainnya untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab, termasuk dengan meminta maaf dan mundur jika diperlukan.
Ajakan untuk Memaafkan Gus Miftah
Dalam kesempatan yang sama, Hardiyan juga mengajak masyarakat untuk memberikan maaf kepada Gus Miftah dan berhenti mengkritik secara berlebihan di media sosial. Ia berharap masyarakat dapat melihat keputusan Miftah sebagai tindakan yang patut dihargai dan dipahami dengan bijaksana.
“Sudah saatnya kita membuka pintu maaf dan berhenti memberikan kritik yang tidak membangun,” ujar Hardiyan.
Pernyataan Mundur Gus Miftah
Pada 6 Desember 2024, Miftah Maulana mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama. Pengumuman tersebut disampaikan di Pondok Pesantren Ora Aji. Miftah menjelaskan bahwa pengunduran dirinya bukanlah hasil dari tekanan publik atau masalah dengan video viral yang melibatkan penjual es teh.
“Saya mengundurkan diri bukan karena tekanan, termasuk soal video viral itu. Saya mengingatkan diri saya dengan Surat Ali Imran ayat 26, ‘Kekuasaan itu milik Tuhan, dan Tuhan bisa mencabutnya kapan saja’,” ujar Miftah, terlihat emosional saat menyampaikan keputusan tersebut.
Keputusan Miftah ini menambah panjang daftar pejabat yang memilih mundur dengan penuh pertanggungjawaban, yang tentunya mempengaruhi cara masyarakat memandang integritas seorang pemimpin.