Apa yang bikin kita sering mikir kalau pejabat numpang jet pribadi itu langsung gratifikasi? Itulah yang muncul ketika Kaesang Pangarep, Ketua Umum PSI, berangkat ke Amerika Serikat pakai jet pribadi tanggal 18 Agustus 2024. Kaesang bilang, dia cuma numpang alias “nebeng” pesawat temennya. “Numpang atau bahasa bekennya nebeng pesawatnya temen,” katanya pas datang ke KPK, Selasa (17/9/2024). Dia gak banyak ngomong lagi soal ini, malah bilang, “Saya kira itu saja, saya lanjut kerja dulu,” sambil buru-buru cabut.
Tapi, sebenernya kenapa sih Kaesang datang ke KPK? Jubirnya, Francine, ngejelasin kalau ini soal kepatuhan hukum. “Jadi konsultasi ke KPK bagaimana dugaan gratifikasi diklarifikasi,” katanya. Jadi intinya, Kaesang cuma klarifikasi, bukan datang karena dipanggil. Dia juga bilang, awalnya Kaesang mau beli tiket pesawat komersial, tapi berhubung ada temen yang searah pakai jet pribadi, jadi Kaesang ikut nebeng. “Rencana pesawat komersial, kebetulan ada teman searah. Maka barenglah nebeng,” tambah Francine.
Nah, dugaan gratifikasi ini darimana datangnya? Spekulasi ini pertama kali muncul gara-gara warganet ramai di media sosial setelah Erina Gudono, istri Kaesang, ngepost foto pemandangan dari jendela pesawat yang disinyalir jet pribadi. Unggahannya bikin orang mikir kalau mereka mungkin nyewa jet pribadi buat ke Amerika, dan itulah yang bikin muncul dugaan gratifikasi.
Jadi sebenernya, apa yang salah? Apakah nebeng pesawat teman bisa dianggap gratifikasi? Kalau kita lihat lebih dalam, istilah “nebeng” ini sering dipakai buat hal-hal yang simpel, tapi jadi rumit pas dibawa ke ranah hukum. Nebeng bisa aja sekedar bantuan antar teman, tapi kalau dilihat dari posisi Kaesang sebagai pejabat partai, banyak yang langsung menghubungkannya dengan gratifikasi.
Opini Pribadi:
Menurutku, hal seperti ini gak harus langsung dihubungin sama gratifikasi. Kalau memang cuma nebeng temen, mestinya kita bisa lihat dari perspektif yang lebih santai dulu. Kaesang udah datang ke KPK buat klarifikasi, dan itu bukti kalau dia taat hukum. Di sini penting buat kita, sebagai masyarakat, gak langsung berasumsi negatif. Bagaimanapun, pejabat juga manusia biasa yang punya teman, dan gak semua bantuan dari teman otomatis jadi gratifikasi.
Jadi, penting buat kita berpikir lebih jernih dan gak buru-buru ngehakimi. Semoga kasus ini bisa jadi pelajaran buat publik supaya lebih hati-hati dalam menilai suatu isu. Yang terpenting adalah bagaimana transparansi tetap dijaga, dan pejabat seperti Kaesang tetap menunjukkan sikap terbuka dan kooperatif.