Apakah ancaman serius selalu datang saat Indonesia berusaha mengambil alih sumber daya alamnya sendiri? Pertanyaan ini muncul ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan adanya bisikan yang memperingatkannya untuk berhati-hati saat mengambil alih PT Freeport. Ancaman yang disampaikan begitu serius, mulai dari kemungkinan Papua lepas dari Indonesia hingga Jokowi sendiri bisa digulingkan dari kekuasaannya. Sebuah peringatan yang tentunya membuat kita berpikir, namun Jokowi justru menanggapinya dengan optimisme dan keberanian.
Jokowi menegaskan bahwa saat ini Indonesia telah memegang 51 persen saham PT Freeport dan menargetkan untuk meningkatkannya menjadi 61 persen di masa mendatang. Sebelumnya, Indonesia hanya memiliki 9 persen saham, yang artinya penguasaan ini merupakan lompatan besar dalam kedaulatan ekonomi negara.
Kenapa hilirisasi begitu penting bagi Indonesia? Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi dalam pemanfaatan sumber daya alam, terutama tembaga yang dihasilkan Freeport. Menurutnya, tembaga tersebut harus diolah menjadi produk jadi seperti kabel, rangka mobil, dan barang-barang lainnya yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ini bukan hanya soal memiliki tambang, tapi bagaimana memaksimalkan manfaat dari hasil tambang tersebut untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Apakah Indonesia mampu melawan tekanan dari negara-negara maju? Upaya Indonesia untuk menjalankan hilirisasi ini tentu saja tidak mudah. Jokowi sendiri mengakui adanya tekanan dari negara-negara maju yang merasa terganggu dengan kebijakan ini. Hal yang sama terjadi ketika Indonesia berusaha mengambil alih Freeport, di mana banyak bisikan negatif yang mencoba memperingatkan pemerintah akan dampaknya. Tapi Jokowi tetap teguh, bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuh untuk kemandirian ekonomi.
Mengapa pembangunan smelter Freeport begitu penting? Salah satu hal yang disoroti Jokowi adalah selama 55 tahun beroperasi, Freeport tidak pernah membangun smelter di Indonesia. Padahal, selain tembaga, tambang tersebut juga menghasilkan emas yang nilainya jauh lebih tinggi. Pembangunan smelter menjadi prioritas untuk memastikan bahwa bahan mentah tidak lagi diekspor begitu saja, melainkan diolah menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri.
Apakah Indonesia akan terus melangkah maju dalam hilirisasi? Selain tembaga, Jokowi juga berbicara tentang hilirisasi bauksit, di mana dua smelter di Bintan dan Mempawah akan segera diresmikan. Produk-produk yang dihasilkan, seperti aluminium untuk velg mobil dan badan pesawat, akan memberikan manfaat besar bagi perekonomian Indonesia. Smelter di Mempawah bahkan dimiliki oleh BUMN, menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam mengelola sumber daya alam negara ini secara mandiri.
Langkah Jokowi dalam pengambilalihan Freeport dan upaya hilirisasi memang pantas mendapat apresiasi. Meskipun menghadapi tekanan internasional dan ancaman dari dalam negeri, keputusan ini menunjukkan keberanian pemerintah untuk mengambil langkah besar demi kedaulatan ekonomi Indonesia. Bisikan-bisikan negatif harus dilihat sebagai ujian, bukan sebagai halangan. Justru, inilah saatnya Indonesia berdiri teguh dan menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu mengelola kekayaan kita sendiri.