(DOK. Shell Indonesia)

Shell Akan PHK 20% Karyawan: Apa Dampaknya bagi Industri dan Ekonomi?

Khabar – Shell, perusahaan energi global, baru saja mengumumkan rencana besar untuk memangkas 20% tenaga kerjanya. Langkah ini diperkirakan bakal menghantam para pekerja di sektor eksplorasi minyak dan gas. Menurut laporan dari Reuters, pemangkasan tersebut terutama akan memengaruhi divisi eksplorasi, pengembangan, dan subsurface, dengan kantor di Houston dan Den Haag sebagai fokus utama. Meski demikian, kantor Shell di Inggris juga berpotensi terkena dampak, namun dalam skala yang lebih kecil.

Sejak Wael Sawan diangkat menjadi CEO baru Shell, strategi perusahaan lebih banyak diarahkan untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham. Salah satu cara yang diambil adalah pengurangan biaya operasi sebesar US$2 hingga US$3 miliar hingga akhir 2025. Tidak hanya mengurangi tenaga kerja, Shell juga menjual beberapa asetnya, termasuk Kilang Deer Park kepada Pemex dan kilang di Mobile, Alabama kepada Vertex Energy pada tahun 2022.

Dampak Besar di Houston
Langkah Shell ini tidak bisa dianggap remeh, terutama untuk Kota Houston yang telah lama bergantung pada industri minyak dan gas. Shell, yang mempekerjakan sekitar 9.000 orang di wilayah tersebut, menjadi salah satu pemain besar yang membantu Houston menjadi pusat energi global. Namun, “PHK ini belum dikonfirmasi secara resmi,” menurut Reuters, meski jika terealisasi, pasti akan memengaruhi perekonomian lokal.

Lebih lanjut, Shell juga mengumumkan rencananya untuk menutup 1.000 stasiun pengisian bahan bakar dalam dua tahun ke depan. Mereka akan mengalihkan sumber daya untuk memperluas layanan kendaraan listrik. Ini menjadi bagian dari transisi energi yang sedang dihadapi industri minyak dan gas global.

Konsolidasi Industri
Industri minyak dan gas di Houston dulu memegang peranan besar dalam perekonomian, namun sekarang, sektor ini hanya berada di posisi kelima setelah layanan kesehatan, ritel, perhotelan, dan pemerintahan. Konsolidasi yang cepat membuat industri ini semakin efisien, tapi juga mengurangi jumlah lapangan pekerjaan.

Tekanan dari Pemegang Saham
Pemotongan tenaga kerja ini bukan tanpa alasan. Banyak perusahaan energi, termasuk Shell, sedang di bawah tekanan besar dari para pemegang saham untuk meningkatkan pengembalian modal. Pada 2013, Shell mengalokasikan lebih dari US$250 miliar untuk menciptakan lapangan kerja, namun kini anggaran tersebut hampir separuhnya. Perusahaan harus mencari cara untuk menyeimbangkan antara biaya operasional dan keuntungan bagi pemegang saham.

Shell sendiri masih menghabiskan lebih banyak dana dibandingkan pesaingnya untuk eksplorasi dan produksi, namun kini mereka mengarahkan fokus pada pengurangan pengeluaran dan penyesuaian standar industri. Transisi energi yang berlangsung, serta ketidakpastian permintaan bahan bakar fosil, menjadi faktor yang terus menekan perusahaan seperti Shell.

Langkah Shell memang bisa dimengerti dari sudut pandang bisnis, namun bagaimana dengan dampak jangka panjang bagi pekerja dan perekonomian lokal? Houston, yang telah lama menjadi tulang punggung bagi industri minyak dan gas, akan mengalami tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Apakah benar memangkas ribuan pekerjaan merupakan solusi terbaik di tengah transisi energi ini? Atau justru ini hanya langkah sementara yang berisiko menambah kesenjangan ekonomi di wilayah tersebut?

Pemotongan tenaga kerja, apalagi dalam skala besar, tentu tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga komunitas yang lebih luas. Kita perlu bertanya, apa yang sebenarnya lebih penting bagi perusahaan besar seperti Shell—menjaga kesejahteraan pekerja dan komunitas, atau memuaskan para pemegang saham dengan keuntungan jangka pendek?

Masyarakat harus terus mengawasi perkembangan ini dan menuntut agar perusahaan-perusahaan besar tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial mereka.

More From Author

Penambahan 10 Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Siapkah Indonesia dengan Zaken Kabinet?

(DOK. Shell Indonesia)

Kominfo Tambah Anggaran Rp 10 Miliar, Program Makan Bergizi Gratis Jadi Prioritas

(DOK. Shell Indonesia)

Hamas Siap Gencatan Senjata dengan Israel: Akankah Akhir Perang Segera Terwujud?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *