Khabar – Apa yang harus dilakukan industri furnitur Indonesia ketika produksi dan ekspor mengalami penurunan signifikan? Tahun 2023 menjadi tahun yang menantang bagi sektor furnitur Tanah Air, dengan data terbaru menunjukkan penurunan produksi dan ekspor yang mencolok. Produksi furnitur nasional tercatat mencapai USD 2,38 miliar (Rp 3,7 triliun), menurun 30% dibandingkan tahun 2022. Di sisi lain, ekspor furnitur hanya mencapai USD 2,15 miliar, turun 23% dari tahun lalu.
Ketua Umum Asmindo, Dedy Rochimat, mengungkapkan, “Penurunan kinerja ekspor sejalan dengan penurunan produksi. Ini adalah tantangan besar bagi kita semua.”
Namun, di tengah penurunan tersebut, ada sisi positif yang bisa menjadi peluang emas. Impor furnitur Indonesia mengalami kenaikan sebesar 2,3% menjadi USD 780 juta pada 2023. Sementara itu, konsumsi domestik diperkirakan hanya Rp 16 triliun (USD 1,01 miliar), turun 26% dari tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, menyatakan keterkejutan atas laporan penurunan ini. “Kita harus menyambut kesempatan ini tentu dengan apa yang sedang terjadi di dunia saat ini. Pertama, sekarang tidak ada lagi debat bahwa green itu jadi salah satu topik,” kata Edi.
Edi juga menyoroti pentingnya adopsi teknologi bersih untuk mendukung keberlanjutan. “Perubahan tren dunia berfokus pada tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan. Kita harus berorientasi pada penggunaan teknologi bersih dan memastikan proses produksi sesuai dengan standar keberlanjutan,” tambahnya.
Ia juga menyerukan pentingnya teknologi, sains, dan penelitian dalam mendukung ekonomi hijau. “Jadi sekarang temanya adalah green engineering economy. Semua aktivitas ekonomi harus didukung dengan teknologi, science, research and development yang mengarah kepada sustainability, atau green product,” ujar Edi.
Penurunan produksi dan ekspor furnitur tentu menjadi tantangan besar, namun di balik itu, ada peluang besar untuk bertransformasi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Adopsi teknologi bersih dan keberlanjutan bukan hanya sebuah tren, melainkan kebutuhan mendesak di era ini. Industri furnitur Indonesia perlu melihat penurunan ini sebagai momen untuk berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan global. Jika kita dapat memanfaatkan teknologi hijau dan berkomitmen pada keberlanjutan, masa depan industri furnitur bisa menjadi lebih cerah dan lebih berdaya saing di pasar internasional.