Palangka Raya — Khabar.
Plt. Sekda Provinsi Kalteng Leonard S. Ampung menyebut bahwa inovasi penangkapan air seperti yang dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi diterapkan di Kalimantan Tengah. Inovasi itu mampu meningkatkan ketersediaan air secara signifikan, bahkan tanpa bendungan besar.
Dalam sambutannya, Leonard mengaku kagum dengan usaha NTT yang membangun embung untuk “memancing air” sehingga kedalaman penggalian air berkurang drastis dari 40–100 meter menjadi hanya sekitar 20 meter saja.
“Ini terobosan baru. Mereka berharap bendungan bisa bertahan 50–100 tahun, dan kini ketersediaan air sudah meningkat dalam kurang dari 10 tahun,” ujarnya.
Ia menilai teknologi serupa dapat menjadi alternatif bagi wilayah-wilayah Kalteng yang rawan kekeringan dan membutuhkan sumber air berkelanjutan, tanpa harus menunggu proyek bendungan besar yang menelan biaya hingga Rp1–2 triliun.
“Membangun bendungan sangat mahal. Kalau ada inovasi lebih efektif, kenapa tidak kita terapkan?” jelasnya.
Leonard juga menyebut rencana pembangunan bendungan di Muara Juloi tetap menjadi agenda strategis, bukan hanya untuk air baku tetapi juga energi baru terbarukan. Namun ia menekankan pentingnya kehati-hatian dan kesiapan teknis sebelum investasi besar dilakukan.
Melalui forum koordinasi ini, ia berharap perencanaan pengelolaan air di DAS Kahayan dapat disusun dengan strategi yang lebih adaptif dan efisien.
“Keputusan harus update dan visioner. Mari curahkan pikiran agar semua rencana dapat direalisasikan,” tegas Leonard sebelum mengukuhkan Tim Koordinasi Pengelolaan SDA WS Kahayan Periode 2025–2030.







