KHABAR, Palangka Raya – Kenaikan inflasi nasional di akhir tahun 2024 menjadi sorotan utama dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. Inflasi yang meningkat dari 0,3% menjadi 0,44% dalam dua bulan terakhir tahun 2024 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kenaikan harga bahan makanan.
Penyumbang terbesar dalam lonjakan inflasi ini adalah sektor makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 1,33%. Hal ini dipicu oleh peningkatan permintaan terhadap bahan pangan seiring dengan perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kenaikan Harga Komoditas di Awal Tahun 2025
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada minggu pertama Januari 2025, sebanyak 36 provinsi di Indonesia mencatatkan kenaikan Indeks Perkembangan Harga (IPH). Beberapa komoditas yang mengalami lonjakan harga signifikan antara lain:
- Cabai merah naik sebesar 32,52%
- Cabai rawit naik sebesar 29,12%
- Telur ayam ras naik sebesar 3,78%
- Daging ayam ras naik sebesar 2,50%
Peningkatan harga komoditas ini tentu mengkhawatirkan masyarakat, terutama di awal tahun.
Respons Pemerintah dan Langkah Pengendalian Inflasi
Tito Karnavian menegaskan bahwa meskipun ada lonjakan inflasi, angka tersebut masih berada dalam batas target pemerintah pusat, yakni antara 1,5% hingga 3,5% per tahun. Pemerintah pusat pun akan terus berupaya untuk menjaga stabilitas inflasi melalui berbagai program pengendalian.
Yuas Elko, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, turut mengingatkan pentingnya evaluasi dan pelaksanaan program pengendalian inflasi di daerah. “Stabilitas inflasi tahun 2024 adalah hasil kerja keras kita bersama. Semoga di 2025, program seperti pasar murah dan pasar penyeimbang tetap bisa kita lanjutkan,” ujar Yuas.
Dengan adanya koordinasi yang solid antara pemerintah pusat dan daerah, diharapkan pengendalian inflasi di Kalimantan Tengah dapat lebih maksimal di tahun 2025.
(Red)