SEOUL (Reuters) – Korea Selatan akan membantu merelokasi hampir setengah juta anjing yang diternakkan untuk konsumsi makanan dan memberi subsidi serta insentif kepada peternak anjing untuk membantu mereka mempersiapkan diri sebelum larangan praktik tersebut efektif diberlakukan pada awal 2027, kata kementerian pertanian pada hari Kamis.
Pada Januari, parlemen mengesahkan undang-undang yang melarang mengonsumsi dan menjual daging anjing, mengakhiri tradisi kontroversial berusia berabad-abad di negara yang semakin mendukung kesejahteraan hewan dan menurunnya selera masyarakat terhadap makanan tersebut.
Park Beom-su, wakil menteri pertanian, mengatakan pemerintah akan menghabiskan sekitar 100 miliar won (1,13 triliun rupiah) untuk insentif bagi peternak dan restoran makanan anjing agar mereka menutup bisnis mereka.
Peternak juga bisa mendapatkan hingga 600.000 won (6,8 juta rupiah) untuk setiap anjing yang mereka serahkan, dan pihak berwenang akan berupaya agar hewan-hewan ini diadopsi, atau ditempatkan kembali di penampungan, tambahnya.
“Meski banyak kekhawatiran anjing yang tersisa mungkin akan dieutanasia atau diproses untuk konsumsi dalam tiga tahun ke depan, dengan pasti dapat saya katakan, itu bukanlah rencana kami,” kata Park.
Makan daging anjing dulu dianggap sebagai cara untuk meningkatkan stamina di musim panas yang lembab di Korea, tetapi praktik tersebut menjadi jarang karena semakin banyak warga Korea yang menganggap anjing sebagai hewan peliharaan dan karena kian meningkatnya kritik terhadap cara anjing disembelih.
Korea Selatan memiliki lebih dari 1.500 peternakan anjing dan lebih dari 200 rumah pemotongan anjing. Sekitar 2.300 restoran masih menyajikan daging anjing.
Dukungan terhadap larangan yang akan berlaku pada Februari 2027 kian meningkat di bawah kepemimpinan Presiden Yoon Suk Yeol, seorang pecinta hewan yang memelihara enam ekor anjing dan delapan ekor kucing bersama istrinya Kim Keon Hee, yang juga merupakan kritikus vokal terhadap konsumsi daging anjing.
Bagaimanapun, rencana pemerintah tersebut tetap tak lepas dari kritikan, baik dari pihak aktivis hewan maupun anggota industri daging anjing.
Sangkyung Lee, manajer kampanye di kelompok hak-hak hewan Humane Society International, mengatakan bahwa meskipun rencana tersebut merupakan tonggak penting, pihak berwenang perlu mengelola kesejahteraan hewan-hewan itu dengan lebih baik setelah mereka tak lagi dibesarkan untuk konsumsi.
“Tidak mungkin penampungan hewan bisa menampung sejumlah besar anjing,” katanya kepada Reuters, mencatat bahwa kurang dari 10% hewan peliharaan di Korea Selatan adalah hewan yang diselamatkan. Ju Yeongbong, yang mewakili kelompok industri daging anjing, mengatakan bahwa subsidi pemerintah tidak memadai, dan bersumpah akan berjuang mendapatkan dukungan yang lebih baik. “Ini adalah mata pencaharian kami dan jika pemerintah ingin kami meninggalkannya, rencana dukungan yang lebih masuk akal harus menyusul,” kata Ju.