Israel melancarkan serangkaian serangan udara intensif di Lebanon selatan pada Minggu dini hari dalam apa yang disebutnya sebagai serangan pre-emptif terhadap kelompok militan Hezbollah. Hal ini berpotensi memicu perang regional secara lebih luas dan dapat menggagalkan upaya membentuk gencatan senjata di Gaza.
Tentara Israel mengungkapkan bahwa Hezbollah berencana meluncurkan serangan roket dan rudal besar-besaran ke arah Israel. Kelompok yang didukung Iran tersebut telah berjanji akan membalas dendam atas pembunuhan seorang komandan tinggi mereka pada akhir bulan lalu.
Sirene serangan udara dilaporkan berbunyi di seluruh Israel utara. Bandara internasional Ben-Gurion Israel mulai mengalihkan penerbangan yang masuk dan menunda keberangkatan.
Tak lama kemudian, Hezbollah mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan serangan ke Israel dengan “sejumlah besar drone” sebagai tanggapan awal atas pembunuhan Fouad Shukur, seorang komandan tinggi kelompok tersebut, dalam serangan di pinggiran selatan Beirut bulan lalu.
Hezbollah mengatakan serangan tersebut menargetkan “target militer berkualiatas Israel yang akan diumumkan kemudian” serta “menargetkan sejumlah situs dan barak musuh serta platform Iron Dome.”
Serangan ini terjadi ketika Mesir menjadi tuan rumah putaran baru pembicaraan yang bertujuan mengakhiri perang Israel melawan Hamas, yang kini memasuki bulan ke-11. Hezbollah telah menegaskan bahwa mereka akan menghentikan pertempuran jika sudah ada gencatan senjata.
Pekan lalu, menteri pertahanan Israel menyatakan bahwa dia mengerahkan lebih banyak pasukan ke perbatasan Lebanon untuk mengantisipasi kemungkinan pertempuran dengan kelompok yang didukung Iran tersebut.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan pada Minggu pagi: “Dalam tindakan bela diri untuk menghilangkan ancaman-ancaman ini, (militer Israel) sedang menyerang target teror di Lebanon, dari mana Hezbollah berencana meluncurkan serangan terhadap warga sipil Israel.”
“Kita bisa lihat bahwa Hezbollah tengah mempersiapkan serangan besar-besaran ke Israel, sekaligus membahayakan warga sipil Lebanon,” tambahnya, tanpa memberi rincian lebih lanjut. “Kami memperingatkan warga sipil yang berada di daerah-daerah di mana Hezbollah beroperasi untuk segera keluar dari jalur bahaya demi keselamatan mereka sendiri,” tambahnya.
Media Lebanon melaporkan serangan di wilayah selatan negara itu tanpa memberi rincian lebih lanjut. Cuplikan di media sosial menunjukkan apa yang tampaknya merupakan serangan di Lebanon selatan.
Media Israel mengutip Otoritas Bandara Israel tentang pembatalan penerbangan. Data pelacakan penerbangan menunjukkan setidaknya dua penerbangan El Al berbelok jauh ke selatan dan mengalihkan rute setelah pengumuman tersebut.
Hezbollah mulai menyerang Israel segera setelah perang dengan Hamas meletus pada 7 Oktober dengan serangan lintas batas oleh Hamas. Israel dan Hezbollah saling berbalas tembakan hampir setiap hari, mengakibatkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan dan meningkatkan kekhawatiran bahwa pertempuran bisa berlanjut menjadi perang habis-habisan. Namun hingga Minggu, kedua belah pihak berhati-hati untuk menghindari konfrontasi yang lebih luas.
Hezbollah dianggap jauh lebih kuat daripada sekutunya, Hamas, dengan perkiraan persenjataan sekitar 150.000 roket dan rudal, termasuk rudal berpemandu presisi. Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ini juga meningkatkan penggunaan drone, yang sulit dihadapi oleh Israel.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia dan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, tengah mengelola operasi terbaru ini dari markas militer di Tel Aviv. Gallant menyatakan “situasi khusus di front dalam negeri,” dan Kabinet Keamanan Netanyahu dijadwalkan bertemu pada Minggu pagi.