Puluhan ribu orang berkumpul di Berlin pada Sabtu lalu untuk memperingati 35 tahun runtuhnya Tembok Berlin, sebuah simbol besar perpecahan Jerman selama Perang Dingin.
Acara ini menghadirkan konser terbuka, instalasi seni, dan berbagai acara resmi yang diadakan untuk menghormati peristiwa bersejarah pada 9 November 1989 tersebut.
Tembok Berlin, yang didirikan pada tahun 1961, menjadi simbol pemisahan antara Jerman Timur dan Jerman Barat, serta persaingan ideologis antara Amerika Serikat dan Soviet.
Tembok ini dibangun oleh pemerintahan komunis Jerman Timur untuk mencegah warganya melarikan diri ke Jerman Barat dan membendung “kontaminasi” ideologi Barat.
Dengan panjang mencapai 157,2 mil, Tembok Berlin membelah kota dan wilayah sekitarnya, menjadi garis depan Perang Dingin selama hampir tiga dekade.
Namun, pada malam 9 November 1989, batasan ketat yang membatasi mobilitas warga Jerman Timur mulai dilonggarkan, dan ribuan orang melintasi perbatasan untuk pertama kalinya.
Kejadian ini menandai awal dari berakhirnya pembagian Jerman.
Tak sampai setahun kemudian, pada 3 Oktober 1990, negara ini bersatu kembali dalam damai.
Kini, yang tersisa dari Tembok Berlin hanya beberapa bagian kecil yang dijadikan objek wisata dan pengingat akan masa lalu.
Sebagai bagian dari perayaan bersejarah ini, sebuah dinding sementara sepanjang 2,5 mil didirikan di pusat kota Berlin, dihiasi dengan 5.000 poster yang dirancang oleh anak-anak dan orang dewasa.
Poster-poster ini mengusung tema “Kami Menjunjung Kebebasan,” menarik minat besar dari pengunjung, termasuk turis mancanegara yang berbondong-bondong menyaksikan instalasi tersebut.
Poster-poster ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga tuntutan para pengunjuk rasa di Jerman Timur pada musim gugur 1989, yang menginginkan kebebasan berekspresi, kebebasan pers, dan kebebasan bepergian.
Anak-anak sekolah, komunitas gereja, kelompok seni lokal, serta proyek-proyek budaya turut berpartisipasi dalam pembuatan poster-poster ini, menjadikannya simbol penghormatan terhadap kebebasan.
Pada acara peringatan resmi di Berlin Wall Memorial, Wali Kota Berlin Kai Wegner menyampaikan pesan yang mengharukan kepada para hadirin. “Junjung tinggi kebebasan, karena tanpa kebebasan, segalanya tidak berarti apa-apa,” ujar Wegner.
Ia juga menekankan bahwa kebebasan dan demokrasi bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, dan mengingatkan bahwa keduanya saat ini sedang terancam oleh berbagai pihak.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier turut hadir dalam peringatan ini, menambahkan rasa hormat terhadap para pengunjuk rasa yang dengan berani memperjuangkan kebebasan mereka pada tahun 1989.
Steinmeier mengingatkan bahwa nilai-nilai kebebasan yang diperjuangkan di masa lalu tetap relevan dan harus dijaga hingga sekarang.
Malam harinya, sebanyak 700 musisi, baik profesional maupun amatir, tampil bersama di beberapa panggung yang tersebar di sepanjang jalur bekas Tembok Berlin.
Mereka membawakan berbagai lagu, menambah suasana perayaan yang meriah dan mengharukan.
Acara ini ditutup pada hari Minggu dengan penampilan band pembangkang Rusia, Pussy Riot, yang menjadi simbol perlawanan terhadap tirani dan ketidakadilan, sesuai dengan semangat peringatan kebebasan ini.