Program makan bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pertanian (Kementan) melalui dua skema utama, yaitu program pekarangan pangan bergizi dan peningkatan produksi susu serta daging. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmen kementeriannya dalam mendukung program ini untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap asupan gizi seimbang.
Salah satu inisiatif utama dalam mendukung program makan bergizi gratis adalah pengembangan pekarangan pangan bergizi. Program ini memungkinkan setiap rumah tangga untuk menanam sayuran, umbi-umbian, hingga memelihara ternak seperti ayam, bebek, atau ikan lele di halaman rumah. Dengan begitu, keluarga dapat memenuhi kebutuhan gizi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin dari pekarangan mereka sendiri.
Menurut Mentan Amran, program ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi keluarga tetapi juga dapat meningkatkan perekonomian di perdesaan. “Hasil dari pekarangan pangan ini bisa disuplai ke sekolah-sekolah atau rumah makan sekitar sehingga ekonomi di desa dapat bergerak,” ujarnya.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan susu untuk program makan bergizi gratis, Kementan telah mengupayakan impor susu sapi dari Vietnam sebanyak 1,8 juta ton. Keputusan ini sejalan dengan target untuk meningkatkan ketersediaan susu di dalam negeri demi memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Mentan Amran menyampaikan bahwa Vietnam siap menjadi mitra dengan produksi susu yang signifikan untuk mendukung program ini.
Menurutnya, keberhasilan program makan bergizi gratis ini tidak hanya tergantung pada pekarangan pangan bergizi tetapi juga dukungan dari pihak luar melalui impor susu. “Untuk susu sapi kita mengundang investor dari Vietnam, dia berani produksi susu 1,8 juta (ton), kita impor 3,7 juta (ton), berarti separuh kan. Kami mau kawal,” tegasnya.
Program pekarangan pangan bergizi juga diharapkan dapat menurunkan pengeluaran rumah tangga, yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai rata-rata Rp2 juta per bulan atau sekitar Rp1.400 triliun per tahun. Dengan adanya produksi pangan secara mandiri, kebutuhan belanja rumah tangga untuk bahan pangan dapat berkurang, sehingga dana tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lain yang meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Mentan Amran optimistis bahwa inisiatif ini tidak hanya memberikan manfaat langsung pada pemenuhan kebutuhan gizi keluarga tetapi juga mengurangi ketergantungan pada produk pangan yang diimpor.
Selain mengandalkan impor, Kementan juga berencana meningkatkan produksi susu dan daging sapi dalam negeri dengan menarik investor serta mengatur regulasi terkait impor sapi perah. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat produksi lokal agar masyarakat dapat lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan susu dan daging.