Program makan bergizi gratis (MBG) yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadi prioritas utama dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi). Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menekankan pentingnya kampanye masif untuk mensosialisasikan program ini, guna memastikan masyarakat luas dapat mengetahui dan mendukungnya.
Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis
Menurut Meutya, sosialisasi yang masif sangat diperlukan agar seluruh lapisan masyarakat dapat terlibat aktif dalam mendukung program pemerintah, terutama program makan bergizi gratis. “Ini kita anggap penting sebagai pelibatan masyarakat, pengetahuan masyarakat, agar masyarakat juga dapat mendukung dan terlibat aktif dalam program pemerintah khususnya makan bergizi gratis,” jelas Meutya dalam rapat bersama Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Selasa (5/11/2024).
Pelaksanaan Uji Coba Program MBG
Program MBG sendiri sudah memasuki fase uji coba yang dilaksanakan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Uji coba dilakukan di 80 titik yang melibatkan berbagai unit pelayanan, termasuk dapur umum dan layanan gizi mobile yang diprioritaskan untuk sekolah dan komunitas. Ikeu Tanziha, Staf Ahli Kepala BGN, mengungkapkan, “Kami telah melakukan uji coba di 80 titik, yang melibatkan berbagai unit pelayanan seperti dapur umum dan layanan gizi mobile yang diprioritaskan untuk sekolah dan komunitas. Alhamdulillah, program berjalan lancar dan menjadi modal bagi perluasan di tahun depan,” ujar Ikeu dalam Forum Merdeka Barat (FMB9) pada Senin (4/11/2024).
Rencana Pengembangan Program Makan Bergizi Gratis
Pada tahun 2025, BGN merencanakan perluasan program makan bergizi gratis yang akan mencakup seluruh provinsi di Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberikan akses gizi yang cukup bagi 15 hingga 20 juta anak di seluruh Indonesia dengan anggaran sebesar Rp71 triliun dari RAPBN 2025. “Keterlibatan UMKM lokal sangat penting agar dana yang dialokasikan juga berdampak positif bagi ekonomi daerah. Kami ingin memastikan bahan makanan yang diberikan memenuhi standar gizi sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional,” tambah Ikeu.
Kerja Sama dengan Kodim untuk Penyaluran Program
Program ini juga melibatkan kerja sama dengan Kodim di berbagai wilayah, khususnya di daerah terpencil dan daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), untuk mendukung efektivitas penyaluran. Program ini menyasar penerima manfaat seperti anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Layanan dapur umum di setiap unit diperkirakan dapat melayani 2.500 hingga 3.000 anak.
Evaluasi Keberhasilan Program
Keberhasilan pelaksanaan program akan dievaluasi secara berkala dengan mengukur indikator kesehatan seperti tinggi badan dan berat badan anak. Evaluasi ini akan melibatkan beberapa instansi terkait, termasuk Puskesmas dan sekolah, serta pengawasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan bahwa kualitas dan keamanan pangan tetap terjaga. Ikeu menambahkan, “Kami berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam evaluasi nutrisi anak dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat. Semua ini dilakukan agar program berjalan dengan kualitas yang terjaga dan manfaat yang optimal.”
Program makan bergizi gratis ini menjadi langkah konkret dalam meningkatkan gizi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak, dengan melibatkan berbagai pihak agar dapat berjalan sukses dan memberi dampak positif bagi kesehatan dan perekonomian daerah.