Dalam Munas V Sayap Kanan PKB yang berlangsung pada 30 November 2024 di Hotel Sultan, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, menegaskan pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya partai. Muhaimin menjelaskan bahwa salah satu partai membutuhkan subsidi hingga Rp20 miliar untuk mendukung satu calon legislatif (caleg). Sementara itu, PKB mampu memanfaatkan jumlah yang sama untuk menghasilkan tiga kursi. Menurutnya, efisiensi ini adalah hasil dari militansi kader PKB, yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk peran perempuan yang semakin penting dalam partai.
Muhaimin juga menekankan pentingnya menjaga dan merawat demokrasi dengan hati dan pikiran. “Jaga itu, pelihara itu, kita tingkatkan bersama-sama menjaga dan merawat demokrasi dengan hati dan pikiran kita,” ujar Muhaimin dalam pidatonya. Pesan ini menggambarkan tekad PKB untuk terus bergerak maju dengan semangat kebersamaan dalam menghadapi tantangan politik Indonesia.
Tema Munas V Sayap Kanan PKB: “Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya”
Munas V Sayap Kanan PKB mengangkat tema besar “Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya Menuju Indonesia Emas 2045”. Tema ini menggambarkan tekad PKB untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari strategi besar menuju Indonesia yang lebih maju di tahun 2045. Tema ini juga menggambarkan pentingnya peran perempuan dalam memajukan bangsa.
Veronica Tan: Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sebagai Solusi
Veronica Tan, salah satu pembicara dalam acara tersebut, menyampaikan pentingnya pemberdayaan ekonomi perempuan. Menurutnya, banyak perempuan yang menghadapi masalah serius seperti pelecehan seksual, kekerasan, dan perdagangan manusia. Veronica mengungkapkan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan adalah kunci untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
“Kalau ekonomi perempuan diberdayakan, mereka pasti berani speak up dan mengurus anak dengan lebih baik,” ujar Veronica Tan. Dengan pemberdayaan ekonomi, perempuan diharapkan dapat menjadi lebih mandiri dan berdaya saing, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga.
Chiki Fawzi: Aksi Nyata untuk Perempuan Berdaya
Chiki Fawzi, seorang aktivis perempuan, menggarisbawahi pentingnya aksi nyata dalam pemberdayaan perempuan. Menurut Chiki, perempuan harus berdaya dan memiliki keterampilan agar tidak menjadi objek kekerasan. Dia menekankan bahwa selain berbicara, perempuan juga harus melakukan tindakan konkret untuk mewujudkan perubahan.
“Dengan menyuarakan sesuatu dan membarenginya dengan aksi nyata, dampaknya akan lebih besar,” kata Chiki Fawzi.
Rahayu Saraswati: Kewenangan Kemen PPPA dalam Pemberdayaan Perempuan
Rahayu Saraswati, anggota DPR RI, mengungkapkan bahwa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) tidak memiliki kewenangan langsung dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Menurutnya, pemberdayaan ekonomi perempuan lebih menjadi kewenangan kementerian lain, seperti kementerian yang berfokus pada UMKM dan ketenagakerjaan.
“Jangan bilang, ‘buat apa kuliah S2 atau S3?’ Kita harus memberdayakan anak-anak perempuan kita agar mereka bisa mendukung sesama perempuan,” ujar Rahayu Saraswati.
Nihayatul Wafiroh: Tantangan Budaya dan Agama dalam Kesetaraan Gender
Nihayatul Wafiroh, salah satu tokoh perempuan dalam PKB, berbicara mengenai tantangan budaya dan agama yang sering mendahulukan laki-laki dan mengabaikan perempuan. Dia mengungkapkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 184 per 100.000 kelahiran. Nihayatul mengusulkan agar pemuka agama dilibatkan dalam upaya memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.
“Kita perlu menggandeng pemuka agama agar suara kesetaraan lebih didengar,” ujar Nihayatul Wafiroh. Menurutnya, keterlibatan pemuka agama akan memperkuat gerakan kesetaraan gender di Indonesia, karena agama memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat.
Dengan berbagai pembahasan ini, Munas V Sayap Kanan PKB menegaskan komitmen partai dalam memperjuangkan pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari upaya memajukan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.