© TEMPO.CO

Kebutuhan Investasi Rp 15 Triliun/Tahun untuk Bangun Jaringan Listrik 103 Gigawatt

Pemerintah Indonesia berencana membangun jaringan tenaga listrik dengan kapasitas mencapai 103 gigawatt dalam waktu 15 tahun ke depan. Rencana ini akan melibatkan ratusan perusahaan dan membutuhkan investasi lebih dari US$ 15 miliar setiap tahunnya.

Pernyataan Hashim Djojohadikusumo di COP29

Rencana besar ini pertama kali diungkapkan oleh Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, pada acara COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, bulan lalu. Di kesempatan tersebut, Hashim turut didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.

Dalam pernyataannya, Hashim menjelaskan, “Di COP29, saya sampaikan pemerintah Indonesia berencana membangun jaringan tenaga listrik 103 gigawatt dalam 15 tahun yang akan datang.”

Kondisi Jaringan Listrik Indonesia Saat Ini

Saat ini, jaringan listrik Indonesia memiliki daya sekitar 80 hingga 90 gigawatt yang telah dibangun sejak masa kemerdekaan. Dengan rencana pembangunan ini, Indonesia ingin memperkuat infrastruktur tenaga listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa depan.

Komposisi Energi dalam Jaringan Listrik

Dari total 103 gigawatt yang akan dibangun, sekitar 75 persen atau 77 gigawatt akan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Sisanya, sekitar 5,3 gigawatt, akan bersumber dari energi nuklir, sementara sebagian kecil lainnya akan berasal dari gas dan bahan bakar fosil dengan jejak karbon minimal.

Tantangan dan Kebutuhan Investasi

Pembangunan jaringan listrik sebesar ini tentu bukanlah hal yang mudah. Hashim menyebutkan bahwa rencana ini akan membutuhkan banyak investasi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri. “Seratus tiga gigawatt berarti investasi kurang lebih US$ 235 miliar. Kita perlu investasi US$ 15 miliar tiap tahun, lebih, untuk mewujudkan program seperti ini,” kata Hashim.

Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Hashim yakin bahwa proyek ini akan mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Bahkan, Hashim melihat Indonesia memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi antara 9 hingga 9,5 persen. “Delapan persen itu tujuan Pak Prabowo minimal. Sedikit-dikitnya, sekecil-kecilnya itu 8 persen. Target kita melebihi 8 persen. Saya pribadi sudah lihat kita berkesempatan untuk mendapat 9 – 9,5 persen,” tambah Hashim.

Dengan adanya rencana pembangunan jaringan listrik yang ambisius ini, Indonesia tidak hanya berfokus pada kebutuhan energi, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang besar untuk masa depan.

More From Author

© TEMPO.CO

Utang Baru Rp 775,86 Triliun di 2025, Apa Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia?

© TEMPO.CO

Indonesia Tuntut Apple Investasi US$ 1 Miliar, Siap Bangun Pabrik iPhone 16!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *