(Khabar) – Dalam rapat bersama Komisi X DPR RI, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, dengan jujur mengakui bahwa dirinya telah menerima banyak kritik terkait kebijakan-kebijakan yang dijalankan selama masa jabatannya.
Namun, di balik kritik tersebut, ia tetap mengapresiasi dukungan yang diterima dari Komisi X DPR, yang menurutnya sangat berperan dalam mewujudkan berbagai program, termasuk program andalannya, Merdeka Belajar.
“Tidak mungkin semua itu terjadi tanpa dukungan Komisi X,” ucap Nadiem di depan anggota Komisi X DPR. Menurutnya, lebih dari 26 episode kebijakan penting telah diluncurkan selama masa jabatannya.
Program-program tersebut, klaimnya, memberikan dampak signifikan pada pendidikan Indonesia, meskipun diakui bahwa masih ada banyak ruang untuk perbaikan.
Kritik Sebagai Alat Perbaikan
Nadiem tidak menutup mata terhadap kritik yang ditujukan padanya. Ia justru menganggap kritik tersebut sebagai dorongan untuk memperbaiki diri dan kinerja timnya di Kemendikbudristek.
“Kritik dan semua masukan itu membuat kita sebagai tim manajemen di Kemdikbudristek lebih baik,” ujarnya dengan penuh kesadaran.
Menurut Nadiem, hubungan antara kementerian dan DPR, khususnya Komisi X, telah menunjukkan bagaimana kemitraan dapat membuahkan hasil yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Ia menganggap ini sebagai salah satu contoh kerjasama pemerintah dan parlemen yang patut diapresiasi.
Ucapan Terima Kasih
Selain kritik yang membangun, Nadiem juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada jajaran Kemendikbudristek yang telah bekerja keras, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim terhebat di pemerintahan ini Kemendikbudristek,” tuturnya.
Baginya, tantangan besar seperti pandemi menjadi ujian bagi soliditas dan komitmen jajarannya untuk terus bekerja keras demi pendidikan Indonesia.
Tak hanya itu, Nadiem juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada DPR, terutama Komisi X, yang mendukung visinya sejak awal masa jabatannya, meskipun banyak orang meragukan kapabilitasnya pada awalnya.
“Saya harap meskipun ini mungkin rapat terakhir secara formal, hubungan pertemanan kita tetap terjaga,” ucap Nadiem penuh harap.
Jusuf Kalla Kritik Pedas
Namun, di sisi lain, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tidak segan melontarkan kritik tajam terhadap kepemimpinan Nadiem.
Menurut JK, Nadiem tidak memiliki pengalaman di bidang pendidikan sebelum ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan.
“Ada kemudian Mas Nadiem, yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, jarang ke kantor,” kritik JK.
Ia juga membandingkan Nadiem dengan tokoh-tokoh pendidikan terdahulu, seperti Ki Hajar Dewantara dan Anies Baswedan, yang menurut JK memiliki latar belakang pendidikan yang kuat.
Bagi JK, pengalaman di dunia pendidikan merupakan hal esensial bagi seorang Menteri Pendidikan.
Fokus Anggaran Lebih Dulu?
Tak berhenti sampai di situ, JK juga menyoroti pendekatan Nadiem dalam menyusun kebijakan. Menurut JK, Kemendikbudristek lebih mendahulukan anggaran daripada merumuskan program.
“Anggaran kan ketiga bukan pertama, orang dulu, apa programnya, apa yang kau dicapai, baru anggaran itu,” tegas JK.
Menurut JK, prioritas utama seharusnya adalah merumuskan program yang jelas dan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Baru kemudian anggaran bisa dibahas untuk mendukung program-program tersebut.
Ada benarnya juga kritikan yang dilontarkan oleh JK. Sebagai menteri yang bertanggung jawab atas pendidikan, pengalaman di bidang pendidikan seharusnya menjadi dasar utama.
Kita semua tahu pendidikan itu kompleks dan punya tantangan tersendiri, mulai dari pemerataan, kurikulum, hingga masalah sarana dan prasarana di daerah terpencil.
Kritik terhadap prioritas anggaran juga menarik untuk diperhatikan. Sebuah kementerian yang mendahulukan anggaran tanpa merinci programnya bisa jadi akan berakhir dengan kebijakan yang tak fokus.
Ini yang harusnya menjadi pelajaran penting. Ke depannya, publik berharap ada kebijakan yang lebih menyentuh akar permasalahan pendidikan, bukan hanya program yang terlihat bagus di permukaan.
Tapi, di sisi lain, patut juga kita beri apresiasi kepada Nadiem. Di tengah segala tantangan, terutama pandemi, dia dan timnya tetap berhasil menjalankan program Merdeka Belajar yang membawa perubahan signifikan.
Namun, jangan sampai kita terlena dengan prestasi itu saja. Tantangan pendidikan di Indonesia masih besar, dan butuh kebijakan yang benar-benar tepat sasaran.