Kenapa Indonesia sebagai negara maritim, yang seharusnya kaya akan sumber daya laut, masih harus mengimpor ikan dalam jumlah besar? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak banyak orang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor ikan Indonesia pada Januari-Agustus 2024 mencapai US$ 130,039 juta atau sekitar Rp 1,99 triliun. Volume impornya juga tidak kalah besar, yakni 56,80 juta kilogram. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, menjelaskan dalam konferensi pers pada Selasa, 17 September 2024, “Nilai impor ikan Januari-Agustus 2024 sebesar US$ 130 juta. Volume impor ikannya dari Januari-Agustus 2024 sebesar 56,80 juta kg.”
Yang menarik, nilai impor ikan Indonesia tahun ini sebenarnya menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Pada periode yang sama tahun 2023, nilai impor ikan mencapai US$ 216,88 juta. Meski begitu, ada tren kenaikan bulanan di tahun 2024. Pada bulan Agustus 2024 saja, impor mencapai US$ 19,23 juta, lebih tinggi dibandingkan Juli 2024 yang sebesar US$ 15,63 juta. Apa yang menyebabkan fluktuasi ini?
Indonesia mengimpor ikan dari berbagai negara, seperti Norwegia, China, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Jenis ikan yang diimpor juga bervariasi, mulai dari ikan makarel pasifik, ikan beku, trout, tuna skipjack, hingga salem Atlantik. Data Agustus 2024 menunjukkan bahwa makarel pasifik (Scomber japonicus) adalah jenis ikan yang paling banyak diimpor, dengan total 3,76 juta kg. Selain itu, Indonesia juga mengimpor 759 ribu kg ikan beku, 322 ribu kg ikan trout, 1,25 juta kg tuna skipjack, dan 175 ribu kg salem Atlantik.
Fakta bahwa Indonesia, negara dengan potensi laut yang melimpah, masih harus mengimpor ikan, menunjukkan adanya masalah dalam rantai pasok dan produksi lokal. Salah satu alasannya mungkin karena keterbatasan infrastruktur perikanan, rendahnya produksi ikan lokal, hingga kebutuhan akan jenis ikan yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri. Namun, ini tentu saja mengundang pertanyaan lebih lanjut: apakah kita sudah melakukan langkah yang cukup untuk mendukung nelayan lokal?
Impor ikan ini bisa menjadi cermin bahwa Indonesia belum sepenuhnya mandiri dalam sektor perikanan. Meski ada penurunan nilai impor dibanding tahun lalu, jumlah ikan yang diimpor tetap besar. Apakah ini sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam manajemen sumber daya laut kita?
Meskipun impor ikan ini mengisi kekurangan pasokan domestik, Indonesia seharusnya lebih fokus pada pengembangan perikanan lokal. Kita harus mendorong inovasi dalam sektor perikanan, baik dari segi teknologi, fasilitas, maupun pemberdayaan nelayan. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam memperkuat rantai pasok ikan domestik bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan begitu, kita bisa membangun ketahanan pangan dan menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor maritim.
Impor ikan memang memberikan solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan nasional, namun langkah jangka panjang yang lebih strategis harus diprioritaskan. Bagaimana pendapatmu? Apakah kita harus terus bergantung pada impor, atau mulai berinvestasi lebih besar pada perikanan lokal?