Apa sebenarnya dampak dari modernisasi alat pertahanan terhadap industri dalam negeri? Pertanyaan ini menjadi relevan ketika Angkatan Laut Indonesia meluncurkan dua kapal patroli offshore (OPV) yang diproduksi secara domestik, sebuah langkah strategis untuk mendukung industri pelayaran dalam negeri. Dalam acara peluncuran yang berlangsung di Bandar Lampung, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muhammad Ali, menegaskan, “Ini menunjukkan dukungan kami terhadap industri pelayaran dalam negeri, karena 75 persen bahan dalam konstruksi kapal ini berasal dari dalam negeri.”
Dengan konstruksi kapal OPV, Angkatan Laut dan Kementerian Pertahanan berupaya meningkatkan kapasitas operasional dalam menghadapi ancaman maritim yang semakin kompleks. Sebagai negara maritim dengan potensi besar, Indonesia tidak bisa terhindar dari berbagai konsekuensi serta tantangan strategis. “Sebagai negara maritim dengan potensi besar, Indonesia tidak bisa terhindar dari berbagai konsekuensi serta tantangan strategis,” tambah Ali.
Keberadaan kapal OPV ini juga penting mengingat kerentanan keamanan maritim Indonesia. Lokasi geografis dan kekayaan laut yang dimiliki membuat negara ini rentan terhadap gangguan, seperti pelanggaran wilayah dan eksploitasi sumber daya alam. “Untuk menghadapi tantangan ini, Angkatan Laut Indonesia terus berupaya memperkuat dan membangun kekuatannya,” jelasnya. Langkah ini menjadi krusial dalam menjaga kedaulatan dan keamanan perairan Indonesia.
Melalui program modernisasi, Angkatan Laut berkomitmen untuk terus memperkuat peralatan dan armada tempurnya. “Program modernisasi alat pertahanan juga sejalan dengan rencana strategis jangka panjang untuk mewujudkan Angkatan Laut Indonesia yang modern dan ditakuti di tingkat regional serta memiliki proyeksi global,” ungkap Ali. Penambahan dua kapal OPV, yaitu KRI Lukas Rumkorem-392 dan KRI Raja Haji Fisabilillah-391, menunjukkan bahwa upaya ini tidak hanya sekedar wacana, tetapi sudah menjadi aksi nyata yang diimplementasikan.
Kedua kapal ini akan beroperasi di Koamarda III di perairan timur Papua, semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim yang tangguh. Namun, apakah langkah ini cukup untuk mengatasi tantangan yang ada?
Sebagai masyarakat, kita perlu mendukung langkah positif ini. Modernisasi alat pertahanan bukan hanya soal alat tempur, tetapi juga soal menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kemampuan industri lokal. Dengan memperkuat industri dalam negeri, kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor, yang tentunya memberikan dampak positif bagi perekonomian.
Menghadapi tantangan di era globalisasi, investasi dalam industri pertahanan lokal juga merupakan langkah bijak untuk menciptakan kemandirian. Mari kita dukung langkah ini dengan harapan bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang tidak hanya kuat secara militer, tetapi juga mandiri dalam produksi alat pertahanan.