(merdeka.com/Arie Basuki)

Serangga Jadi Menu Program Makan Bergizi Gratis, DPR Kritik BGN

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini punya menu unik: serangga! Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa serangga bisa menjadi salah satu menu dalam program ini. Kebijakan ini disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal di masing-masing daerah. “Jika di daerah tertentu masyarakat sudah terbiasa mengonsumsi serangga, maka serangga bisa menjadi menu di wilayah tersebut,” ujar Dadan.

Fleksibilitas Menu MBG: Dari Serangga hingga Pisang Rebus

Program MBG tidak menerapkan standar menu seragam secara nasional. Alih-alih, program ini mengikuti standar komposisi gizi nasional yang fleksibel. Serangga, yang dikenal sebagai sumber protein tinggi, sudah dikonsumsi di beberapa daerah. Selain serangga, sumber protein lain seperti telur, ikan, atau bahan pangan lokal seperti jagung, singkong, dan pisang rebus juga disesuaikan dengan ketersediaan di masing-masing daerah. Dadan menambahkan, “Ini adalah salah satu contoh bagaimana keberagaman pangan bisa diakomodasi dalam program makan bergizi gratis.”

Kritik dari Anggota DPR: “Jangan Buat Polemik, Fokus pada Implementasi!”

Anggota Komisi IX DPR RI, Zainul Munasichin, memberikan kritik pedas terhadap BGN. Ia meminta agar BGN tidak membuat pernyataan yang memicu polemik. “Saya minta BGN jangan membuat statement-statement yang memancing polemik. Konsentrasi saja bagaimana merealisasikan 5.000 dapur yang menjadi target tahun ini,” tegas Zainul. Ia juga mempertanyakan kejelasan jumlah dapur yang sudah beroperasi, lokasi, dan skema yang digunakan.

“Siapa yang memasok bahan baku ke dapur-dapur itu, bagaimana memastikan pasokan pangan betul-betul mengambil dari UMKM lokal, atau jangan-jangan dari supplier besar, dan lain-lain. Itu jauh lebih penting daripada bikin kontroversi,” tambahnya.

Program MBG Sudah Berjalan di 31 Provinsi

Program MBG telah diterapkan di 31 provinsi dengan dukungan 238 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Target penerima manfaat pada periode pertama (Januari-April 2025) adalah tiga juta orang, dan meningkat menjadi enam juta orang pada periode selanjutnya (April-Agustus 2025). Program ini bertujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bergizi sekaligus memanfaatkan sumber daya pangan lokal secara optimal.

Dadan menyatakan, “Kami ingin memastikan masyarakat di seluruh Indonesia dapat memenuhi kebutuhan gizinya tanpa mengabaikan kearifan lokal.”

Fokus pada Implementasi: Pasokan Bahan Baku dan Dukungan UMKM

Zainul Munasichin menekankan pentingnya fokus pada implementasi program. Menurutnya, hal-hal seperti pasokan bahan baku dan dukungan kepada UMKM lokal jauh lebih penting daripada membuat pernyataan yang kontroversial. “Itu jauh lebih penting daripada bikin kontroversi,” tegasnya.

Dengan fokus pada implementasi, program MBG diharapkan bisa berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Program MBG, Gizi Seimbang dengan Kearifan Lokal

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir dengan menu yang beragam, termasuk serangga, sebagai bagian dari upaya memanfaatkan potensi lokal. Meski menu serangga menuai pro dan kontra, program ini tetap berfokus pada pemenuhan gizi masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

Kritik dari anggota DPR juga menyoroti pentingnya implementasi yang baik, terutama dalam hal pasokan bahan baku dan dukungan kepada UMKM lokal. Dengan begitu, program MBG diharapkan bisa mencapai tujuannya: meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bergizi tanpa mengabaikan kearifan lokal.

More From Author

(merdeka.com/Arie Basuki)

Tragedi di Mal Ciputra: Pria 40 Tahun Loncat dari Lantai 5, Siapa Dia?

(merdeka.com/Arie Basuki)

5 Pekerja Migran Indonesia Ditembak Malaysia: 1 Tewas, 4 Luka!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *