Palangkaraya, 24 September 2024 — Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Willy-Habib, menghadiri acara Hasupa Hasundau yang digelar di Aula Betang Duhup Haduhup. Acara tersebut dihadiri oleh Damang Kepala Adat se-Kalimantan Tengah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Damang Kepala Adat (FKDKA). Berlangsung dalam suasana “hasupa hasambewa” atau tatap muka, pertemuan ini menjadi ruang diskusi terbuka bagi pemangku adat untuk menyuarakan pandangan dan harapan mereka terhadap masa depan hukum adat Dayak.
Drs. Kardinal Tarung, salah satu pemangku adat yang hadir, menegaskan pentingnya pembangunan hukum adat Dayak yang tidak terlepas dari nilai historis dan kesejarahan lembaga Kedamangan. “Kami berharap gubernur terpilih dapat memberikan perhatian serius terhadap hukum adat Dayak. Hukum ini adalah kearifan lokal yang harus dipahami dalam konteks masyarakat luas dan difungsikan sebagai instrumen keadilan,” ujarnya.

Para Damang Kepala Adat menyoroti peran penting lembaga Kedamangan sebagai satu-satunya otoritas hukum adat Dayak di Kalimantan Tengah. Damang, bersama Mantir Adat, harus berperan sebagai pemimpin komunitarian, penengah, pendamai, serta pembawa pesan-pesan keadilan. Mereka juga mengingatkan bahwa hukum adat Dayak berlandaskan pada teori hukum fungsional, politik, dan empirik yang mengaitkannya dengan dinamika sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Dayak.
Dalam kesempatan tersebut, pasangan Willy-Habib memaparkan visi dan misi mereka untuk Kalimantan Tengah, dengan fokus pada pembangunan yang berlandaskan harmoni dan keadilan. Willy menyatakan komitmennya untuk menjaga dan melindungi hukum adat Dayak, serta memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai lokal.

Acara yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 ini juga menjadi momen bagi para pemangku adat untuk menyampaikan keresahan mereka terkait berbagai konflik yang muncul akibat ketidakpastian hukum. Mereka mengingatkan bahwa Damang Kepala Adat (DKA) tidak boleh diabaikan oleh pemimpin yang terpilih.
“Kami bukan batu kerikil yang bisa diinjak-injak, atau kambing yang disembelih kapan saja,” tegas salah satu Damang dalam pertemuan tersebut. FKDKA juga menekankan pentingnya memilih pemimpin yang mendengarkan suara masyarakat adat dan melindungi tatanan hukum yang ada, bukan sekadar pemimpin yang meminta untuk didengar.
Mereka berharap agar setiap janji politik yang diucapkan tidak hanya menjadi sekadar janji manis yang terlupakan setelah pemilu. Acara ini menandai titik penting dalam proses pemilihan kepala daerah Kalimantan Tengah, di mana suara dan aspirasi masyarakat adat Dayak diharapkan akan menjadi salah satu perhatian utama bagi pasangan calon Willy-Habib dalam perjalanan menuju kursi Gubernur dan Wakil Gubernur.