Pernahkah kamu membayangkan ketika di tengah belajar di dalam kelas, dan tiba-tiba kipas angin jatuh dari atap? Nah, inilah yang baru saja terjadi di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Palangka Raya (UPR) pada mata kuliah Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Tepat pukul 9.15 pagi, di ruangan FE4 Ekonomi Pembangunan, kipas angin yang terpasang di atap mendadak jatuh. Syukurnya, tidak ada mahasiswa yang terkena. Tapi, kejadian ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan.

Sebagian besar mahasiswa merasa sangat menyayangkan kejadian tersebut, mengingat betapa berbahayanya situasi itu. “Untungnya nggak ada yang kena, tapi tetap aja kita semua kaget,” ujar salah satu mahasiswa. Kejadian ini jelas bukan yang pertama kali menyangkut masalah infrastruktur di UPR. Hanya beberapa minggu yang lalu, mahasiswa menggelar aksi “Mimbar Kritis” untuk menuntut perbaikan fasilitas kampus yang dinilai masih banyak yang belum maksimal.

Gubernur BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Herman Fland Dakhi menyampaikan pesan kepada seluruh pimpinan fakultas, khususnya agar lebih memperhatikan masalah infrastruktur. Menurutnya, hal ini sangat disayangkan karena mahasiswa telah mempertanyakan kondisi tersebut, namun kekhawatiran mereka terbukti terjadi. Beberapa tuntutan yang telah disampaikan melalui kegiatan Mimbar Kritis juga perlu segera ditindaklanjuti. Jangan salahkan mahasiswa jika mereka merasa marah dan turun ke lapangan untuk mempertanyakan permasalahan tersebut.

Salah satu dari mereka bahkan bertanya, “Bagaimana kinerja para pimpinan fakultas yang memiliki perasaan atas kejadian ini?” Sebuah pertanyaan yang wajar, tetapi mencerminkan kekhawatiran yang sah. Infrastruktur yang kurang tidak hanya mengganggu kenyamanan belajar, tetapi juga bisa membahayakan keselamatan para mahasiswa.

Ini adalah sebuah wake-up call bagi pihak universitas. Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari seberapa hebat kurikulum atau seberapa pintar dosen-dosennya, tapi juga dari bagaimana pihak universitas memperhatikan kenyamanan dan keamanan mahasiswa selama proses belajar. Kejadian ini menunjukkan bahwa tuntutan mahasiswa untuk memperbaiki infrastruktur kampus bukanlah sekadar keluhan kosong.

Mari kita berharap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan, dan semoga pihak universitas dapat benar-benar mendengar suara mahasiswa yang menginginkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Infrastruktur yang baik adalah pondasi bagi pendidikan yang berkualitas, dan itu adalah hak setiap mahasiswa.