Foto: TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Kerja Sama Indonesia-Vietnam: Industri Sapi Poso Demi Kemandirian Pangan

Pemerintah Indonesia menggandeng investor dari Vietnam untuk membangun industri sapi perah di Poso, Sulawesi Tengah. Proyek ini akan memanfaatkan lahan seluas 10 ribu hektare dan menjadi bagian dari upaya mendukung program makan bergizi gratis yang diusung Presiden Prabowo Subianto. Program ini menargetkan 82 juta anak sekolah di Indonesia dengan menu makanan sehat dan susu.

Saat ini, pasokan susu nasional belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan produksi susu dari industri ini dapat memenuhi sekitar setengah dari kebutuhan nasional yang mencapai 3,7 juta ton per tahun. Sebagian besar kebutuhan ini masih dipenuhi melalui impor.

Target Produksi Susu Nasional

Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Moch. Arief Cahyono, industri sapi perah di Poso diharapkan bisa meningkatkan produksi susu nasional hingga 1,8 juta ton dalam 3 hingga 5 tahun ke depan. Ia menegaskan bahwa kerja sama dengan Vietnam ini berfokus pada peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo untuk menekan ketergantungan pada impor.

“Kebijakan ini bertujuan memperkuat industri lokal dan mencapai kemandirian pangan nasional,” kata Arief.

Dampak Positif Bagi Masyarakat Lokal

Selain mendukung program makan bergizi gratis, pembangunan industri ini juga diproyeksikan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitar Poso. Dengan investasi besar ini, diharapkan akan tercipta lapangan kerja baru, mengurangi angka pengangguran, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging, pemerintah juga telah bekerja sama dengan 46 perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri untuk mendatangkan 1,3 juta ekor sapi. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengklaim bahwa pemerintah sudah mencapai kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Tantangan Produksi Susu Dalam Negeri

Meski demikian, ada tantangan besar terkait minimnya kapasitas peternak lokal. Koran Tempo melaporkan pada 27 Agustus 2024 bahwa ada risiko besar dari program makan bergizi gratis yang bergantung pada impor bahan baku, karena produksi lokal belum memadai.

Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan pada 24 Mei 2024 bahwa susu segar dari peternakan lokal hanya mampu memenuhi 20% dari kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu pada tahun 2023. Kapasitas produksi industri pengolahan susu mencapai 4,64 juta ton, namun pertumbuhan produksi susu segar lokal rata-rata hanya 1% dalam enam tahun terakhir.

Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, menjelaskan bahwa kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu tumbuh lebih cepat, yaitu rata-rata 5,3% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama dengan Vietnam sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan kapasitas produksi susu dalam negeri.

Langkah Menuju Kemandirian Pangan

Dengan adanya kerja sama Indonesia dan Vietnam ini, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor susu serta memperkuat kapasitas produksi susu nasional. Upaya ini akan menjadi langkah penting menuju kemandirian pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal di Poso dan sekitarnya.

Program ini diharapkan mampu menjadi solusi jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan susu nasional dan mendukung keberlanjutan program makan bergizi gratis.

More From Author

Foto: TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Terinspirasi Leonardo DiCaprio, Ular Langka di Himalaya Diberi Nama Anguiculus dicaprioi

Foto: TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Survei: 77,6% Publik Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *