3.367 Hektar Hutan Hilang, Banjir Besar Kapuas-Pulpis: 60.416 Jiwa Terdampak, 9.089 Rumah Terendam

Banjir besar melanda wilayah Kapuas dan Pulpis, Kalimantan Tengah, dengan dampak yang mengkhawatirkan. Ribuan rumah terendam dan puluhan ribu warga terdampak akibat bencana yang terus berulang setiap tahun ini.

Data Dampak Banjir

Bencana ini tak main-main. Dari Januari hingga Oktober 2024, berikut data dampaknya:

  • 9.089 rumah terendam
  • 60.416 jiwa terdampak
  • 252 orang mengungsi

Banjir ini juga membuat aktivitas transportasi dan mobilitas barang lintas kabupaten terhambat parah.

Penyebab Banjir Menurut WALHI

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menegaskan, penyebab utama banjir adalah rusaknya lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan-Kapuas. Menurut WALHI, ada dua faktor besar yang memicu kerusakan ini:

  1. Deforestasi besar-besaran di sektor kehutanan dan pertambangan.
  2. Penurunan daya dukung lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam.

“Desa-desa di bentang alam DAS Kahayan-Kapuas yang mengalami banjir berulang setiap tahun adalah bukti nyata, kondisi lingkungan semakin kritis. Pemulihan segera diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut,” ujar WALHI.

Dampak Deforestasi terhadap Banjir

Kerusakan hutan menjadi pemicu utama penurunan kemampuan alam dalam menyerap air. Berikut dampak lainnya:

  • Peningkatan erosi.
  • Gangguan pada ekosistem sekitar.
  • Wilayah terdampak banjir semakin meluas setiap tahun.

Data WALHI menunjukkan, pada 2020–2023, daerah yang sebelumnya tidak terkena banjir kini mulai terdampak. Contohnya, wilayah Murung Raya, Barito Timur, Gunung Mas, dan Lamandau kini turut menjadi langganan banjir.

Kerusakan Hutan di DAS Kahayan-Kapuas

Aktivitas perusahaan besar juga disorot. Data Nusantara Atlas 2024 mencatat:

  • 3.367 hektar hutan hilang akibat aktivitas enam perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang beroperasi di kawasan DAS.
  • Kehilangan hutan ini berdampak langsung pada meningkatnya intensitas banjir di hilir sungai.

Seruan WALHI dan SOB kepada Pemerintah

WALHI dan Save Our Borneo (SOB) menyerukan langkah tegas pemerintah:

  • Evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan sumber daya alam oleh perusahaan besar.
  • Langkah konkret untuk mitigasi dan pemulihan ekosistem DAS.

Tanpa langkah serius, bencana banjir diprediksi akan semakin parah. “Krisis ekologis ini butuh strategi jangka panjang yang sistematis, bukan sekadar respons sesaat,” tegas WALHI.

Peringatan Penting

Jika kerusakan lingkungan terus dibiarkan, dampak buruk akan semakin meluas. Upaya mitigasi dan pemulihan tak bisa ditunda lagi. Wilayah Kalimantan Tengah butuh solusi nyata untuk menyelamatkan lingkungan sekaligus melindungi masyarakat dari ancaman banjir tahunan.

More From Author

Sunhaji Terima Beasiswa untuk Anak-Anaknya Usai Kontroversi Gus Miftah

Gus Miftah Viral Hina Pedagang Es Teh, Presiden Prabowo Langsung Tegur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *