PT Smelting merupakan fasilitas smelter tembaga pertama di Indonesia. (Sumber foto: Corporate Communication PT Freeport Indonesia)

Indonesia Bisa Untung 39 Kali Lipat dari Hilirisasi Tembaga!

Indonesia memiliki peluang besar untuk meraup keuntungan hingga 39 kali lipat lebih besar dengan memaksimalkan hilirisasi tembaga. Daripada hanya mengekspor bahan mentah, Indonesia bisa mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi yang sangat dibutuhkan di pasar internasional. Ini adalah kesempatan emas untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam kita.

Menurut Esther Sri Astuti: Hilirisasi Tembaga Wajib Digarap

Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Indef, menegaskan bahwa Indonesia harus memanfaatkan potensi hilirisasi tembaga. “Ini merupakan peluang Indonesia untuk tidak mengekspor hanya dalam bentuk tembaga mentah, tapi bisa diolah dulu, bisa diolah jadi katoda, CU Rod, kemudian wire CU, dan electric wire,” ujarnya.

Dengan langkah hilirisasi ini, Indonesia dapat mengubah tembaga mentah yang harganya relatif rendah menjadi produk dengan nilai tambah yang jauh lebih besar, seperti katoda, CU Rod, dan kabel listrik. Produk-produk ini kini semakin dicari oleh pasar internasional, seiring dengan berkembangnya teknologi dan elektrifikasi global.

Mengolah Tembaga Jadi Lebih Menguntungkan: Nilai Tambah yang Masif

Mengolah tembaga mentah bukan hanya soal meningkatkan harga jual, tapi juga menciptakan nilai tambah yang sangat besar. Misalnya, produk katoda yang diolah dari tembaga mentah bisa meningkatkan harga hingga 3,9 kali lipat. Sementara itu, produk seperti CU Rod dan CU Wire dapat meningkatkan nilai hingga 24 kali lipat.

Namun yang paling menggiurkan adalah electric wire, yang bisa meningkatkan nilai tembaga hingga 39 kali lipat dari harga bahan mentahnya. Sebuah potensi yang sangat besar jika Indonesia bisa mengolahnya dengan baik.

Peluang untuk Indonesia: Cadangan Tembaga yang Melimpah

Indonesia memiliki 3% dari cadangan tembaga dunia, menjadikannya salah satu produsen tembaga terbesar. “Peluangnya bagi Indonesia sangat baik ya karena Indonesia itu merupakan produsen tembaga. Jadi 3 persen dari cadangan tembaga yang ada di dunia, ini dimiliki oleh Indonesia,” kata Esther Sri Astuti. Dengan cadangan yang besar, Indonesia memiliki kekuatan untuk memainkan peran utama dalam industri hilirisasi tembaga.

Permintaan Global yang Terus Meningkat

Di pasar global, permintaan akan tembaga, khususnya produk dengan nilai tambah tinggi, terus mengalami peningkatan. Produk seperti katoda, CU wire, dan electric wire semakin dibutuhkan untuk mendukung elektrifikasi global dan perkembangan industri teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Esther, “Tren ini menunjukkan pergeseran ke produk bernilai tambah tinggi, terutama mendukung elektrifikasi global dan industri teknologi.”

Data Permintaan Tembaga: Tren yang Positif

Melihat tren permintaan tembaga dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa fakta yang patut dicatat:

  • Produksi katoda tembaga menurun dari 288,98 ribu ton ke 247,94 ribu ton.
  • Produksi CU wire meningkat dari 1,92 juta ton ke 2,18 juta ton.
  • Electric wire naik dari 561,97 ribu ton ke 754,8 ribu ton.
  • Produksi CU Rod naik dari 8,53 juta ton ke 8,9 juta ton.

Tren ini menunjukkan bahwa produk tembaga yang telah diolah menjadi barang bernilai tambah semakin diminati pasar, sementara tembaga mentah cenderung menurun permintaannya.

Hilirisasi tembaga bukan sekadar tren, tetapi sebuah langkah strategis yang dapat membawa Indonesia pada keuntungan luar biasa. Dengan cadangan tembaga yang melimpah dan permintaan global yang terus tumbuh, Indonesia berada di posisi yang sangat baik untuk memanfaatkan peluang ini. Kini saatnya untuk mengolah tembaga menjadi produk bernilai tambah tinggi, membuka jalan untuk masa depan yang lebih cemerlang bagi perekonomian Indonesia.

More From Author

PT Smelting merupakan fasilitas smelter tembaga pertama di Indonesia. (Sumber foto: Corporate Communication PT Freeport Indonesia)

Makanan Warteg Terancam Mahal, Ini Dampak Kebijakan LPG 3 Kg

PT Smelting merupakan fasilitas smelter tembaga pertama di Indonesia. (Sumber foto: Corporate Communication PT Freeport Indonesia)

Harga Gabah Kering Ditentukan Rp6.500, Pemerintah Siap Tindak Pengusaha Nakal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *