Media pemerintah Myanmar pada hari Minggu mengumumkan sedikitnya 74 orang tewas dan banyak korban lainnya masih hilang setelah banjir besar dan tanah longsor yang disebabkan Topan Yagi.
Banjir di seluruh negeri yang tengah dilanda perang saudara ini telah mempengaruhi lebih dari 450 desa dan kelurahan, demikian menurut Kantor Berita Myanmar (MNA).
MNA menambahkan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung untuk menemukan 89 orang yang masih hilang. Sekitar 65.000 rumah juga telah hancur.
Foto dari kantor berita AFP menunjukkan rumah dan kendaraan yang terendam air di kota Taungoo, satu jam perjalanan dari ibu kota Naypyidaw. Foto lain menunjukkan warga yang mengungsi dengan perahu dan rakit bambu, membawa barang-barang mereka yang dibungkus dalam kantong plastik.
Topan Yagi, badai paling kuat di Asia tahun ini, meninggalkan jejak kehancuran di seluruh Asia Tenggara dan Cina bagian selatan setelah menyapu wilayah tersebut dengan hujan lebat dan angin kencang.
Di Vietnam, jumlah korban tewas meningkat menjadi setidaknya 226 jiwa akibat badai dan tanah longsor serta banjir bandang yang dipicunya, demikian menurut badan penanggulangan bencana pemerintah pada hari Kamis, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Sementara di Thailand, sembilan orang tewas pekan lalu akibat cuaca buruk yang dibawa topan tersebut, lapor Reuters, mengutip pernyataan pemerintah Thailand – dari total 33 kematian di seluruh negeri sejak Agustus akibat insiden terkait hujan termasuk tanah longsor.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa badai semakin intens dan mematikan akibat pemanasan lautan. Meski negara-negara maju memiliki tanggung jawab historis yang lebih besar terhadap krisis iklim yang disebabkan manusia, negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan kecil yang menderita dampak terburuknya.