Obrolan bersama Kilat Kasanang, Dosen Musik Gereja IAKN Palangka Raya
Di sebuah studio musik yang tenang dan estetik di tengah kota Palangka Raya, kami berbincang santai dengan Kilat Kasanang, dosen tetap di Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya. Sambil menikmati suasana santai dan suasana musik yang akrab, ia berbagi tentang program studi yang selama ini mungkin belum banyak diketahui, namun punya dampak besar.
“Kalau bicara kuliah musik yang serius dan terstruktur di Kalimantan Tengah, ya satu-satunya yang benar-benar fokus ya Program Studi Musik Gereja di IAKN Palangka Raya. Di tempat lain mungkin ada kursus atau pelatihan, tapi kalau kuliah resmi, lengkap, dan terakreditasi—kami yang pegang,” ujar Kilat membuka obrolan.
Program Studi Musik Gereja IAKN Palangka Raya saat ini telah terakreditasi “Baik” dan menjadi tempat yang tepat untuk anak-anak muda yang ingin memperdalam musik dalam konteks pelayanan dan profesionalisme.
“Di sini mahasiswa belajar banyak hal—harmoni, vokal, piano, gitar, teknik produksi musik, sampai aransemen dan penciptaan lagu. Semua dibekali bukan cuma skill, tapi juga fondasi rohani dan karakter yang kuat,” jelasnya.
Lulusannya pun sudah terbukti terserap di berbagai bidang. Ada yang menjadi guru musik di sekolah, pelatih paduan suara, pemain musik gereja, bahkan membuka studio rekaman sendiri. Banyak juga yang menjadi arranger dan pencipta lagu, baik untuk gereja maupun karya komersial.
“Kami ingin melahirkan musisi yang mandiri, yang siap dipakai Tuhan, tapi juga bisa masuk ke dunia kerja dan industri kreatif. Jadi bukan hanya untuk pelayanan, tapi juga punya masa depan yang luas,” tambahnya.
Sebagai penutup, Kilat menyampaikan bahwa bulan Juli ini masih terbuka kesempatan bagi calon mahasiswa baru yang ingin bergabung. Ada juga kesempatan beasiswa bagi yang memenuhi syarat.
“Kalau kamu punya kerinduan belajar musik secara serius, dan ingin memakainya untuk hal-hal yang besar, ini saat yang tepat. Kami buka kesempatan buat kamu yang mau bertumbuh—baik secara musikal, maupun secara rohani.”
