Ada apa dengan Tupperware, merek peralatan dapur yang terkenal itu? Banyak yang mungkin bertanya-tanya, apakah ada jalan bagi perusahaan ini untuk bertahan di tengah gempuran masalah keuangan. Tupperware dilaporkan sedang bersiap mengajukan kebangkrutan setelah setahun berjuang menghidupkan kembali bisnisnya yang mengalami penurunan permintaan secara signifikan.
Menurut The Straits Times (18/9/2024), perusahaan ini sedang mempertimbangkan bantuan penasihat hukum dan keuangan untuk menghadapi utang yang menumpuk lebih dari USD 700 juta. Pertanyaannya sekarang, apakah negosiasi dengan pemberi pinjaman masih bisa menyelamatkan situasi ini?
Negosiasi yang Gagal, Mimpi yang Pudar?
Sudah sejak 2024 Tupperware melakukan negosiasi panjang dengan para pemberi pinjamannya. Namun, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Masalah utang ini membuat perusahaan melanggar persyaratan pinjaman, yang akhirnya menyebabkan keputusan pahit menutup pabrik satu-satunya di AS pada Juni 2024 dan mem-PHK sekitar 150 karyawan. Apakah ini pertanda akhir dari Tupperware yang kita kenal?
Bagi banyak penggemar merek ini, sejarah panjang Tupperware yang berdiri sejak 1946. Earl Tupper, sang pendiri, membawa perubahan besar dalam cara penyimpanan makanan dengan segel kedap udaranya yang revolusioner. Produk ini menjadi ikon rumah tangga di Amerika, berkat strategi penjualan langsung yang inovatif.
Namun, apakah warisan inovasi ini cukup untuk menyelamatkan Tupperware dari krisis finansial mendalam yang mulai terasa sejak 2023? Nilai saham perusahaan turun hampir 50%, dan bahkan ada ancaman bahwa saham mereka bisa dihapus dari New York Stock Exchange karena gagal mengajukan laporan tahunan. Menurut CEO Tupperware, Miguel Fernandez, “Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini dan mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan.”
Tetapi apakah usaha ini cukup, mengingat harga saham yang sudah anjlok 90% dalam satu tahun terakhir?
Apa Kata Analis?
Neil Saunders, seorang analis ritel, berkomentar, “Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya.” Ini adalah pukulan besar bagi Tupperware yang kini sulit bersaing di era digital dan mengalami kesulitan menjangkau konsumen generasi muda. Upaya penjualan mereka melalui Target dan beberapa saluran retail lainnya belum cukup untuk menghidupkan kembali semangat merek ini.
Harapan Terakhir: Investor atau Mitra Baru
Dengan kondisi seperti ini, apa harapan terakhir Tupperware? Perusahaan tengah berusaha memperbaiki struktur modalnya, mencari investor atau mitra potensial, dan meninjau portofolio real estate mereka untuk mendapatkan suntikan dana. Namun, semua langkah ini masih tampak seperti usaha terakhir dalam mempertahankan keberlangsungan bisnis.
Tupperware perlu lebih dari sekadar perubahan modal. Mereka harus mencari cara untuk kembali relevan di pasar modern, terutama bagi konsumen muda yang lebih memilih merek dengan gaya hidup yang sesuai dengan tren. Langkah-langkah inovatif yang pernah menjadi ciri khas Tupperware harus dihidupkan kembali jika mereka ingin bertahan di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.