Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan menganugerahi dua wanita dengan medali dinas sipil karena masing-masing melahirkan 13 anak. Penganugerahan ini dilakukan ketika negara tersebut bergulat dengan penurunan angka kelahiran yang tajam.
Eom Gye-suk, 60, dianugerahi Medali Seongnyu, penghargaan Order of Civil Merit tingkat lima yang diberikan kepada orang-orang yang berkontribusi pada negara dengan prestasi luar biasa di bidang politik, ekonomi, masyarakat, pendidikan, atau akademik.
Lee Yeong-mi, 59, menerima Civil Merit Medal, yang diberikan kepada orang-orang yang berkontribusi melalui prestasi dan sumbangan, mereka yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan orang lain, dan mereka yang mengabdikan hidupnya untuk pelayanan publik.
Ibu Eom memiliki lima putra dan delapan putri antara tahun 1986 dan 2007.
Ibu Lee melahirkan anak pertamanya pada usia 23 tahun dan yang terakhir pada usia 44 tahun.
“Setelah mengulang kehamilan dan melahirkan selama lebih dari 20 tahun, ada beberapa kesulitan, namun berkat anak-anak saya yang tumbuh dengan baik, saya rasa saya memiliki momen yang lebih membahagiakan dibandingkan yang lain,” kata Ibu Eom pada upacara penghargaan yang diadakan di Gedung Glad Hotel di Seoul, pada 10 Oktober.
“Dibandingkan dengan tahun 1980-an dan 2000-an ketika saya melahirkan dan membesarkan anak-anak saya, sekarang ada banyak kebijakan untuk mendukung kelahiran dan pengasuhan anak. Tetapi ketika saya mendengar dari orang-orang di sekitar saya, masih ada banyak kekurangan,” kata Ibu Lee seperti dikutip Korea Herald.
“Kami sangat membutuhkan budaya tempat kerja di mana orang dapat menggunakan cuti mengasuh anak tanpa mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain, dan dukungan bagi wiraswasta yang tidak memiliki cuti mengasuh anak dan tidak dapat mengambil cuti dari pekerjaan.”
Pada bulan Mei tahun ini, Presiden Yoon Suk-yeol mengumumkan bahwa Korea Selatan akan membentuk kementerian yang khusus mengatasi anjloknya angka kelahiran di negara tersebut, dan menyebutnya sebagai “darurat nasional”.
Negara Asia Timur ini sedang berjuang melawan penurunan angka kelahiran dan memiliki program untuk mendorong masyarakatnya agar memiliki lebih banyak anak. Tingkat kesuburan menurun ke titik terendah dalam sejarah yaitu 0,78 pada tahun 2022, terendah secara global dan jauh di bawah tingkat penggantian populasi.
Krisis demografi Korea Selatan disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah rasa frustrasi terhadap meningkatnya biaya hidup, menurunnya kualitas hidup, serta masyarakat patriarki.
Para perempuan di negara ini merasa beban emosional dan fisik yang berat karena membesarkan anak sendirian, kehilangan peluang karier, dan biaya finansial. Hal ini menjadi tren pertama yang berdampak pada demografi nasional secara global.
Pasangan di Korea Selatan menerima bantuan keuangan dari pemerintah mulai dari 35 juta won (sekitar 400 juta rupiah) hingga 50 juta won (sekitar 572 juta rupiah) melalui berbagai program insentif dan dukungan sejak anak mereka lahir hingga mereka mencapai usia tujuh tahun.
Pada bulan September, sepasang suami istri menerima dana bantuan persalinan sebesar 170 juta won (sekitar 1,9 miliar rupiah) setelah melahirkan anak kembar lima.