Beberapa waktu lalu, sejumlah film tentang Palestina yang sebelumnya tersedia di Netflix tiba-tiba hilang dari katalog platform streaming tersebut.
Koleksi bertajuk Palestinian Stories yang awalnya menawarkan berbagai film karya sutradara Palestina serta film bertema Palestina kini hanya menyisakan dua film.
Keputusan ini menimbulkan perbincangan hangat di media sosial dan menjadi sorotan organisasi anti-perang asal AS, Codepink.
Pada Jumat (25/10), akun X Codepink, @codepink, menyebutkan bahwa Netflix telah menghapus 19 film Palestina dari katalog bulan ini.
Awalnya, koleksi Palestinian Stories terdiri dari beberapa film, namun kini hanya tersisa satu judul yang dapat diakses pengguna. Codepink kemudian menggalang petisi yang mendesak Netflix untuk menayangkan kembali film-film yang dihapus tersebut.
Hingga Jumat (25/10), petisi ini sudah mengumpulkan 4.572 tanda tangan, menunjukkan dukungan publik yang signifikan terhadap aksi ini.
Hingga saat ini, Netflix belum memberikan pernyataan resmi terkait penghapusan film-film Palestina dari katalognya.
Netflix secara rutin memperbarui katalog film mereka, termasuk menambah atau menghapus konten, berdasarkan perjanjian hak siar antara platform dengan pemilik hak atau distributor film. Namun, penghapusan film Palestina ini memunculkan pertanyaan mengenai alasan spesifik yang mendorong keputusan tersebut, terutama mengingat tingginya minat masyarakat akan koleksi ini.
Koleksi Palestinian Stories pertama kali diluncurkan pada Oktober 2021 dengan jumlah sekitar 32 film karya sineas Palestina atau yang berkisah tentang Palestina.
Koleksi ini mendapatkan apresiasi yang besar dari berbagai pihak karena memperkenalkan perspektif unik dari sineas Palestina kepada audiens global.
Ameen Nayfeh, salah satu sutradara yang karyanya masuk ke dalam koleksi ini, mengaku terkejut dan bangga saat filmnya diizinkan tayang di platform sebesar Netflix. Menurut Nayfeh, “Saya sangat senang, dan sejujurnya sangat kaget. Membeli 32 judul adalah hal berani, terutama setelah apa yang terjadi awal tahun ini,” seperti yang dilaporkan CNN pada 2021.
Beberapa film yang sempat masuk dalam koleksi Palestinian Stories antara lain Like 20 Impossibles (2003), Divine Intervention (2002), 3000 Nights (2015), The Present (2020), Pomegranate and Myrrh (2008), dan It Must Be Heaven (2019).
Selain itu, koleksi ini juga mencakup karya sutradara terkemuka dari Timur Tengah, seperti Annemarie Jacir, Mai Masri, Mahdi Fleifel, Susan Youssef, May Odeh, dan Farah Nabulsi. Setiap film dalam koleksi ini menawarkan perspektif unik tentang kehidupan dan perjuangan masyarakat Palestina.
Keputusan Netflix untuk menghapus sebagian besar film dalam koleksi Palestinian Stories masih menimbulkan tanda tanya besar bagi para penonton dan penggiat perfilman.
Koleksi ini telah dianggap sebagai langkah penting untuk membuka dialog tentang isu-isu Palestina dan memberikan ruang bagi sineas Palestina untuk berbagi kisah mereka. Kehadiran film-film ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menambah wawasan bagi penonton tentang realitas kehidupan di Palestina.
Di masa depan, diharapkan Netflix dapat mempertimbangkan kembali keputusan ini dan memberikan penjelasan yang transparan.
Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat global terhadap pentingnya representasi yang seimbang di platform streaming, kehadiran koleksi seperti Palestinian Stories akan terus dinanti dan didukung oleh para penonton.
