Presiden terpilih AS, Donald Trump, telah menunjuk Elon Musk untuk memimpin lembaga baru bernama Departemen Efisiensi Pemerintahan (Doge) yang akan berperan dalam kabinetnya mendatang.
Trump mengumumkan bahwa Musk akan bekerja bersama Vivek Ramaswamy, seorang investor terkemuka di bidang bioteknologi, yang akan turut andil dalam mengawasi reformasi pemerintah.
Duet ini akan memberi masukan eksternal kepada Gedung Putih guna menginisiasi “reformasi struktural yang mendalam dan luas,” terang Trump.
Trump sebelumnya juga mengumumkan bahwa Pete Hegseth, pembawa acara Fox News sekaligus veteran perang, akan ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan.
Sementara itu, John Ratcliffe, mantan anggota Kongres dari Texas sekaligus eks jaksa federal, ditunjuk untuk memimpin CIA.
Musk, seorang penyumbang besar dalam kampanye Trump, sudah lama dirumorkan akan memiliki peran dalam pemerintahan ini.
Di sisi lain, Ramaswamy, yang sempat mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari Partai Republik melawan Trump tahun ini, kini mendukung Trump setelah keluar dari kontestasi.
Trump mengatakan inisiatif Doge bertujuan untuk “menguraikan belitan birokrasi, memangkas regulasi berlebihan, mengurangi pemborosan anggaran, serta merestrukturisasi badan-badan federal.”
Doge belum diakui sebagai departemen resmi pemerintah – pembentukannya memerlukan persetujuan Kongres dan biasanya melibatkan ribuan pegawai.
Trump mengungkapkan bahwa Musk dan Ramaswamy akan bekerja sama dengan Gedung Putih serta Kantor Manajemen & Anggaran untuk menyoroti dan menanggulangi “penyimpangan serta fraud yang masif” dalam anggaran tahunan sebesar $6,5 triliun.
Musk sendiri belakangan mendesak agar belanja federal dipangkas setidaknya $2 triliun—hampir sepertiga dari total anggaran pemerintah—tanpa menjabarkan detailnya.
Ia juga mengusulkan penghapusan ratusan lembaga federal yang dianggap memiliki fungsi berlebihan atau saling tumpang tindih.
Trump menyamakan inisiatif Doge dengan Proyek Manhattan, sebuah operasi rahasia di era Perang Dunia Kedua untuk mengembangkan bom atom pertama.
Presiden terpilih itu berharap Musk dan Ramaswamy dapat menyelesaikan tugas mereka selambat-lambatnya pada 4 Juli 2026, bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Amerika.
Trump menulis, “Pemerintahan yang lebih ramping, lebih efisien, dan bebas dari birokrasi berlebihan akan menjadi hadiah ideal bagi rakyat Amerika pada peringatan 250 tahun Deklarasi Kemerdekaan.”
Dalam pernyataan resminya, Musk berkata, “Ini akan mengguncang sistem dari akar-akarnya, dan akan memberi peringatan pada siapa saja yang berperan dalam sampah birokrasi yang menyesakkan.”
Setelah pengumuman tersebut, Musk menulis di platform sosial medianya, X: “Ancaman terhadap demokrasi? Bukan, ancaman terhadap BIROKRASI!!!”
Ramaswamy pun mengunggah ulang pengumuman Trump di media sosial dengan menambahkan pernyataan, “Kami tidak akan berkompromi.” Ia juga mengumumkan pengunduran dirinya dari nominasi untuk kursi Senat Ohio, yang akan segera kosong seiring naiknya Wakil Presiden AS JD Vance.
Pada kampanyenya tahun lalu, Ramaswamy mengumumkan niatnya untuk memangkas lebih dari 75% tenaga kerja federal dan menutup beberapa lembaga utama, seperti Departemen Pendidikan, FBI, dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak.
Setelah kemenangan Trump dalam pemilu pekan lalu, Musk dikabarkan terus mendampingi Trump di kediamannya di Palm Beach, Florida, dan bahkan ikut serta dalam panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Sementara itu, Dogecoin—mata uang kripto yang didukung Musk—mengalami lonjakan nilai selama sepekan terakhir.
Pengumuman penunjukan Musk dan Ramaswamy ini hadir di tengah serangkaian siaran pers pada Selasa malam yang juga mengungkap sejumlah posisi keamanan nasional lainnya.
John Ratcliffe, yang akan memimpin CIA, sebelumnya pernah menjadi direktur intelijen nasional di era Trump dan memimpin badan-badan intelijen AS.
Sementara itu, Gubernur Dakota Selatan Kristi Noem telah dinominasikan sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri.
Keputusan Trump mencalonkan Pete Hegseth sebagai pemimpin Pentagon memicu banyak reaksi karena meskipun ia adalah veteran perang Irak, ia memiliki pengalaman terbatas dalam urusan pemerintahan. Namun, Hegseth telah lama dikenal sebagai pendukung setia Trump.