Amerika Serikat (AS) berkomitmen memperkuat dukungan terhadap energi terbarukan di Indonesia dengan mendanai proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) dan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Total investasi yang dialokasikan mencapai US$239,5 juta atau sekitar Rp3,77 triliun.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan dukungan ini setelah pertemuannya dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto di Washington DC pada Selasa (12/11/2024).
Kemitraan ini bertujuan mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Dukungan pembiayaan proyek geothermal dan PLTA ini akan dilakukan melalui United States Trade and Development Agency (USTDA) serta US Development Finance Corporation (DFC).
Biden mengungkapkan bahwa USAID dan DFC akan membantu menarik investasi swasta senilai US$239,5 juta untuk proyek ini.
Investasi ini diharapkan memperkuat komitmen Indonesia mencapai target emisi nol bersih di sektor energi pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal.
Sebagai bagian dari kemitraan ini, AS juga akan mengembangkan jaringan mini grid berbasis energi terbarukan melalui USTDA.
Biden menjelaskan, kerja sama publik-swasta ini akan melibatkan laboratorium nasional di bawah Kementerian Energi AS dalam rangka mendukung program Net Zero World Initiative.
AS berencana untuk mengucurkan dana sebesar US$6 juta hingga US$10 juta di lima lokasi yang dipilih, dengan target mobilisasi investasi tambahan hingga US$2 miliar guna menggantikan pembangkit diesel sebesar 500 MW dengan jaringan mini hybrid energi terbarukan.
Selain pengembangan energi terbarukan, AS dan Indonesia juga menjalin kerja sama dalam mengembangkan rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV).
Peta jalan ini akan berfokus pada identifikasi dan pengembangan alternatif energi bersih untuk mempercepat pertumbuhan industri yang sebelumnya bergantung pada energi berbasis batu bara.
Biden berharap kemitraan ini dapat mendorong transformasi sektor industri yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Biden menegaskan bahwa AS juga akan mendukung Indonesia dalam pengembangan metodologi pengumpulan data tenaga kerja.
Langkah ini diharapkan mampu memperkuat transisi tenaga kerja Indonesia ke sektor energi bersih, sehingga mempercepat pencapaian target energi terbarukan yang berkelanjutan.
Selain proyek energi terbarukan, Departemen Energi AS (DOE) berkomitmen mendukung Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk sektor industri Indonesia.
Kemitraan ini mencakup sektor-sektor seperti baja, semen, kertas, dan aluminium, dengan tujuan mendekarbonisasi industri melalui studi JETP Captive Coal.
Melalui kerja sama ini, AS berharap dapat menciptakan investasi sebesar US$2 miliar untuk membantu industri-industri tersebut menerapkan teknologi energi bersih.
USAID turut serta dalam upaya mempercepat Indonesia mencapai target emisi nol bersih di sektor kelistrikan.
USAID mendukung reformasi kebijakan energi yang selaras dengan tujuan JETP, termasuk pengembangan kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan sektor energi terbarukan.
Hal ini menunjukkan komitmen AS dalam mendukung Indonesia mencapai target emisi nol bersih melalui serangkaian kebijakan dan investasi strategis.