Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto telah resmi mengajukan diri untuk bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS, yang di dalamnya terdapat negara-negara besar seperti Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA). Pendaftaran ini dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Sugiono yang membawa surat ketertarikan atau expression of interest pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, tanggal 24 Oktober 2024.
Indonesia Jadi Mitra Resmi BRICS
Selain mendaftar sebagai anggota, Indonesia juga telah diterima sebagai salah satu mitra resmi BRICS. Indonesia bergabung dengan 12 negara lain yang juga berstatus mitra, di antaranya Malaysia, Thailand, Vietnam, Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Nigeria, Turki, Uganda, dan Uzbekistan.
Pandangan Connie Rahakundini Bakrie, Pakar Hubungan Internasional
Connie Rahakundini Bakrie, seorang Guru Besar Hubungan Internasional di Universitas St. Petersburg, Rusia, menilai bahwa ketertarikan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap kelompok ini sebagai alternatif dari sistem Barat, terutama dominasi dolar. “Saya kira dengan mengirimkan menteri luar negeri baru ke Kazan, Presiden Prabowo telah menunjukkan kepada beberapa pemimpin terkemuka BRICS, terutama Putin dan Xi, bahwa mereka ‘percaya’ terhadap BRICS untuk menyeimbangkan perekonomian dunia, karena BRICS memberikan alternatif bagi perekonomian dunia. Sistem keuangan yang didominasi Barat,” ujarnya.
Connie menambahkan, BRICS punya potensi untuk menawarkan kemandirian yang lebih besar dari dominasi dolar Amerika Serikat. Menurutnya, “Yang tidak diragukan lagi menawarkan penyeimbang baru dalam perdagangan, keuangan, mata uang, dan kebijakan ekonomi global.”
BRICS Berpotensi Jadi Aliansi Keamanan
Selain menjadi aliansi ekonomi, Connie melihat bahwa Presiden Prabowo mungkin ingin mendorong BRICS menjadi sebuah aliansi keamanan. “Menurut saya, BRICS jika menjadi aliansi keamanan berpotensi mengimbangi aliansi Barat seperti NATO dengan memberikan pengaruh lebih besar kepada Indonesia dalam masalah keamanan regional dan mengurangi terlalu banyak kekuatan militer Barat di kawasan Asia Tenggara,” jelas Connie.
Indonesia Diakui di KTT BRICS ke-16
Dalam KTT BRICS ke-16, Indonesia secara resmi diakui sebagai mitra bersama tiga negara Asia Tenggara lainnya yaitu Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Status ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk terlibat lebih jauh dalam kegiatan BRICS dan memperkuat posisi diplomatik di kawasan internasional.
Dukungan Rusia untuk Keanggotaan Indonesia
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey Tolchenov, menyambut baik langkah Indonesia ini dan menyebutnya sebagai langkah penting. “Keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS merupakan langkah penting. Saya sangat senang Indonesia akan bergabung dalam kelompok ini. Saya harap ini juga akan membantu hubungan bilateral kita,” ucap Tolchenov dalam sebuah briefing media.
Ia menambahkan bahwa BRICS membuka opsi untuk diskusi multilateral dalam berbagai isu seperti politik, ekonomi, budaya, dan sosial-ekonomi. “Saya yakin hal-hal terpenting yang dapat kita lakukan secara bilateral. Tetapi, BRICS akan menjadi pilihan lain untuk membahas beberapa isu multilateral mengenai politik, ekonomi, pertukaran budaya, sosial-ekonomi.”
Proses Pengajuan Mitra BRICS
Tolchenov menjelaskan bahwa untuk menjadi negara mitra, sebuah negara harus mengajukan surat resmi untuk kemitraan. BRICS kemudian akan mengundang negara tersebut untuk berpartisipasi dalam acara besar BRICS di masa mendatang.
Penghargaan Rusia untuk Indonesia
Tolchenov mengekspresikan rasa hormatnya terhadap Indonesia sebagai salah satu negara besar yang berpotensi menjadi mitra kuat BRICS. “Kita semua memahami bahwa Indonesia adalah salah satu negara tersebut dan kami sangat senang bahwa presiden baru Indonesia yaitu Prabowo Subianto mengambil keputusan seperti itu,” katanya. Ia menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia bisa menjalin hubungan yang erat dengan BRICS.
Deklarasi Kazan dan Agenda Kerjasama BRICS
Dalam pertemuan puncak BRICS di Kazan, sejumlah isu penting dibahas dan dimasukkan ke dalam Deklarasi Kazan. Isu yang dibahas mencakup kerjasama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, dan investasi. Tolchenov menyatakan, “Dalam deklarasi tersebut menyebutkan banyak kerja sama di berbagai bidang. Tentu saja tidak hanya politik, tetapi juga investasi ekonomi, perdagangan, cara menetapkan pembayaran dan penyelesaian dalam keuangan antara negara-negara anggota BRICS.”
Dengan posisi sebagai mitra dan kemungkinan keanggotaan penuh, Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan besar dari BRICS, baik dari sisi ekonomi maupun politik.