(Khabar) – Sebuah insiden yang melibatkan oknum anggota TNI berinisial FAS, menjadi sorotan publik setelah percobaan pembobolan sebuah minimarket di Jalan Abdul Gani 2, Cilodong, Kota Depok, terjadi pada Minggu, 8 September 2024, sekitar pukul 02.00 WIB. Pelaku diduga bertindak seorang diri dalam aksinya yang berhasil digagalkan. Saat ini, kasus tersebut sedang diselidiki oleh Detasemen Polisi Militer (Denpom) TNI.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, dengan tegas menyatakan bahwa TNI akan bertindak tegas jika pelaku terbukti bersalah. “Oh pasti, tegas dengan yang begitu,” ujar Maruli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (11/9/2024).
Kronologi Kejadian
Percobaan pembobolan ini terjadi saat minimarket sedang dalam kondisi tutup. Oknum TNI berpangkat Tamtama tersebut berupaya merusak pintu minimarket untuk melakukan aksinya. Beruntung, aksinya tidak berhasil dan FAS langsung diamankan oleh pihak keamanan.
Menurut laporan, FAS langsung dibawa oleh Denpom Cijantung dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut atas tindakannya.
Dalam keterangan tertulis yang diterima pada 10 September 2024, Kapendam Jaya Kolonel Inf Deki R Putra menjelaskan, “Saat ini pelaku sudah diamankan oleh Denpom Cijantung untuk dilakukan pemeriksaan dan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan.”
Sikap Tegas KSAD
Jenderal Maruli juga mengakui bahwa dengan jumlah personel TNI yang mencapai lebih dari 360 ribu, risiko adanya kenakalan di antara anggotanya memang ada.
Meski demikian, TNI selalu berupaya melakukan pembinaan terhadap seluruh anggotanya. “Jadi ya kemungkinan-kemungkinan kenakalan walaupun kita coba berusaha terus punya pembinaan-pembinaan, itu risiko banyak anggota,” ucap Maruli.
Ini bukan kali pertama kasus seperti ini terjadi, dan publik tentunya menunggu tindakan tegas dari TNI agar peristiwa serupa tidak berulang di kemudian hari.
Refleksi atas Tanggung Jawab Institusi Besar
Kasus ini menunjukkan bahwa di tengah institusi besar seperti TNI, kontrol internal menjadi tantangan tersendiri. Dengan lebih dari 360 ribu personel, risiko kenakalan memang bisa terjadi.
Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana sistem pembinaan di tubuh TNI selama ini? Apakah cukup efektif dalam menjaga integritas anggotanya, atau masih ada celah yang perlu diperbaiki?
Tindakan oknum yang mencoreng nama baik institusi besar ini tentu saja sangat disayangkan. Masyarakat menaruh harapan besar pada TNI sebagai lembaga yang menjaga ketertiban dan keamanan negara.
Saat salah satu anggotanya melakukan pelanggaran, dampaknya bisa merusak citra institusi secara keseluruhan.
Namun, di sisi lain, sikap tegas KSAD Maruli Simanjuntak dalam menangani kasus ini patut diapresiasi.
Publik berharap, tindak lanjut dari peristiwa ini tidak hanya berhenti pada penindakan pelaku, tetapi juga perbaikan sistem pembinaan agar hal serupa tidak terulang.
Peristiwa ini juga mengajak kita untuk berpikir kritis tentang bagaimana sebuah institusi besar seharusnya menangani kenakalan di antara anggotanya.
Tindakan tegas tentu dibutuhkan, tapi sistem pencegahan dan pembinaan juga harus diperkuat agar setiap anggota tahu bahwa tindakan mereka akan berdampak pada citra lembaga secara keseluruhan.
Sebagai masyarakat, kita tentu berharap bahwa kasus ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi institusi besar lainnya, baik itu TNI, Polri, atau lembaga pemerintahan lainnya, agar lebih memperhatikan integritas dan profesionalisme di setiap tingkatan.