Khabar – Pembahasan terkait nasab para habib kembali mencuat ke publik, dan kali ini menjadi polemik yang hangat di masyarakat. Guru Gembul, salah satu tokoh yang sering berbicara lantang mengenai isu-isu sosial, diundang oleh Rabithah Alawiyah untuk memberikan pandangannya dalam diskusi yang berlangsung panas. Diskusi ini terkait pro dan kontra yang beredar mengenai garis keturunan para habib.
Pengaruh Sentimen dan Emosi dalam Diskusi Nasab Habib
Menurut Guru Gembul, perdebatan ini lebih dipengaruhi oleh sentimen pribadi dan emosi ketimbang argumen yang berbasis akademis. “Jujur saja, dari jutaan orang di Indonesia yang sekarang berdebat dan saling menghujat terkait dengan nasab (habib), berapa banyak yang mampu mengakses kitab-kitab yang menjadi rujukan? Sangat sedikit,” ujarnya.
Pernyataan ini mengundang perhatian banyak pihak, karena mengindikasikan bahwa masyarakat lebih banyak terlibat dalam perdebatan yang emosional daripada mencari kebenaran ilmiah.
Kritik Terhadap Diskusi Nasab: Sentimen Kesukuan, Agama, dan Golongan
Guru Gembul juga menilai bahwa diskusi ini seharusnya tidak hanya berkutat pada sentimen kesukuan, agama, atau golongan tertentu. Diskusi mengenai nasab habib seharusnya lebih mengedepankan kajian ilmiah dan berbasis data, bukan sekadar anggapan atau perasaan.
Fenomena seperti ini, menurutnya, berbahaya karena dapat memecah belah masyarakat dan memunculkan ketegangan sosial yang lebih besar.
Kontroversi Bahar bin Smith dan Citra Habib di Indonesia
Guru Gembul juga membahas tindakan kontroversial yang dilakukan oleh salah satu habib, Bahar bin Smith, yang pernah meminta santrinya mencium kakinya. Tindakan ini dianggap oleh banyak orang sebagai tindakan yang tidak pantas dan memperburuk citra habib di mata masyarakat.
Menurut Guru Gembul, hal-hal semacam ini yang sebenarnya memicu kemarahan umat Muslim di Indonesia terhadap keturunan habib. Ia juga menekankan bahwa bukan Kiai Imaduddin Utsman yang memicu polemik ini, melainkan tindakan dari segelintir habib yang merusak reputasi mereka sendiri.
Dampak Kontroversi Terhadap Persepsi Non-Muslim
Lebih lanjut, Guru Gembul mengungkapkan bahwa tindakan seperti yang dilakukan oleh Bahar bin Smith bahkan berdampak pada pandangan non-Muslim terhadap Islam. “Kalau Bahar melakukan seperti itu, ya begitulah nabi-nya,” ungkapnya, mengutip pandangan negatif yang kerap muncul dari non-Muslim.
Ini menunjukkan bagaimana tindakan seseorang yang dianggap sebagai tokoh agama dapat berpengaruh pada citra Islam secara keseluruhan, baik di dalam maupun di luar komunitas Muslim.
Ajakan Introspeksi dari Guru Gembul
Pada akhir diskusi, Guru Gembul mengajak Rabithah Alawiyah dan kalangan Habaib untuk melakukan introspeksi. Ia menegaskan bahwa jika ingin mencari solusi dari polemik ini, langkah pertama yang harus diambil adalah memulai dari diri sendiri, bukan dengan menyalahkan pihak lain.
“Jika ingin mencari solusi, kita harus mulai dari introspeksi, bukan menyalahkan pihak lain,” tutupnya.
Melihat perdebatan yang semakin memanas, sangat disayangkan bahwa diskusi mengenai nasab habib lebih sering digiring oleh sentimen pribadi dan perasaan daripada dasar ilmiah yang kuat. Seharusnya, diskusi ini dapat dijadikan momentum untuk mempererat persaudaraan dan mencari kebenaran yang berdasarkan fakta.
Sayangnya, isu ini malah dimanfaatkan oleh segelintir oknum untuk memperkeruh keadaan. Tindakan kontroversial seperti yang dilakukan Bahar bin Smith hanya memperburuk citra habib, bahkan membawa dampak negatif terhadap persepsi non-Muslim.