Pohon-pohon palem terendam banjir di danau akibat hujan deras di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, 2 Oktober 2024. (Foto: AP)

Pertama Kali dalam Beberapa Dekade, Sebagian Gurun Sahara Digenangi Banjir

Curah hujan yang jarang terjadi menyebabkan terbentuknya laguna berwarna biru di tengah pepohonan palem dan bukit pasir di gurun Sahara, sehingga menyuburkan beberapa wilayah terkering dengan lebih banyak air dibandingkan yang pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.

Gurun di bagian tenggara Maroko merupakan salah satu tempat terkering di dunia dan jarang mengalami hujan di akhir musim panas.

Pemerintah Maroko mengatakan curah hujan dua hari pada bulan September melebihi rata-rata tahunan di beberapa daerah yang curah hujannya kurang dari 10 inci per tahun, termasuk Tata, salah satu daerah yang paling terkena dampaknya. Di Tagounite, sebuah desa sekitar 280 mil selatan ibu kota, Rabat, tercatat lebih dari 3,9 inci dalam periode 24 jam.

Badai tersebut meninggalkan gambaran air yang mengalir melalui pasir Sahara di tengah kastil dan tumbuhan gurun. Satelit NASA menunjukkan air mengalir deras memenuhi Danau Iriqui, dasar danau terkenal antara Zagora dan Tata yang telah kering selama 50 tahun.

Menurut NASA, kejadian seperti itu sangat jarang terjadi di wilayah tersebut sehingga sebuah danau di Aljazair, Sebkha el Melah, hanya terisi air enam kali dalam kurun waktu 2000-2021.

Di komunitas gurun yang sering dikunjungi wisatawan, kendaraan 4×4 melaju melewati genangan air dan penduduk mengamati pemandangan tersebut dengan kagum.

“Sudah 30 hingga 50 tahun sejak kami mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu singkat,” kata Houssine Youabeb dari Direktorat Jenderal Meteorologi Maroko.

Hujan seperti itu, yang oleh para ahli meteorologi disebut sebagai badai ekstratropis, dapat mengubah arah cuaca di kawasan tersebut dalam beberapa bulan dan tahun mendatang karena udara menahan lebih banyak kelembapan, menyebabkan lebih banyak penguapan dan memicu lebih banyak badai, kata Youabeb.

Kekeringan selama enam tahun berturut-turut telah menimbulkan tantangan bagi sebagian besar warga Maroko, memaksa para petani membiarkan lahan kosong dan kota-kota serta desa-desa harus menjatah air.

Curah hujan yang melimpah kemungkinan akan membantu mengisi kembali akuifer air tanah yang besar di bawah gurun yang diandalkan untuk memasok air bagi masyarakat gurun. Waduk-waduk yang dibendung di wilayah tersebut dilaporkan mencapai rekor tertinggi dalam pengisian ulang sepanjang bulan September. Namun, masih belum jelas sejauh mana curah hujan di bulan September akan mampu mengurangi kekeringan.

Air yang mengalir melalui pasir dan oasis menyebabkan lebih dari 20 orang tewas di Maroko dan Aljazair dan merusak hasil panen para petani, sehingga memaksa pemerintah mengalokasikan dana bantuan darurat, termasuk di beberapa daerah yang terkena dampak gempa bumi tahun lalu.

Sumber: CBS News

Pohon-pohon palem terendam banjir di danau akibat hujan deras di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, 2 Oktober 2024. (Foto: AP)

Cuaca Ekstrem Keringkan Danau Buatan Terbesar di Dunia, Sebabkan Zambia Kehilangan Pasokan Listrik

Pohon-pohon palem terendam banjir di danau akibat hujan deras di kota gurun Merzouga, dekat Rachidia, tenggara Maroko, 2 Oktober 2024. (Foto: AP)

Serangan Israel Tewaskan Satu Keluarga di Gaza dan Hancurkan Pasar Berusia Seabad di Lebanon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *