Militer Israel mengkonfirmasikan pada hari Jumat bahwa mereka telah membunuh seorang tokoh penting Hizbullah yang dicari AS karena perannya dalam pemboman Kedutaan Besar AS dan barak Korps Marinir pada tahun 1983 yang menewaskan 300 orang,
Komandan operasi Hizbullah, Ibrahim Aqil, dihargai $7 juta, atau sekitar 106 miliar Rupiah, dari Departemen Luar Negeri AS bagi siapa pun pemberi informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Militer Israel dikabarkan telah membunuh Aqil beserta 10 komandan senior lainnya dari unit pasukan khusus Radwan. Sembilan orang dilaporkan tewas dan 59 lainnya luka-luka dalam serangan itu.
“Eliminasi ini bertujuan untuk melindungi warga Israel,” kata juru bicara militer Israel dalam pernyataan singkatnya.
Departemen Luar Negeri AS telah mengidentifikasi Aqil, yang juga dikenal sebagai Tahsin, sebagai anggota “badan militer tertinggi” Hizbullah, yaitu Dewan Jihad.
Pada tahun 1980-an, ketika berbagai faksi bersaing untuk menguasai Lebanon dan satu detasemen Marinir AS dikerahkan sebagai pasukan penjaga perdamaian, Aqil merupakan tokoh penting dalam Organisasi Jihad Islam Hizbullah. Organisasi ini bertanggung jawab atas pemboman Kedutaan Besar AS di Beirut pada April 1983, yang menewaskan 63 orang, dan barak Korps Marinir pada Oktober tahun itu, yang menewaskan 241 orang Amerika.
Aqil juga terlibat dalam penculikan sandera Amerika dan Jerman di Lebanon, ungkap Departemen Luar Negeri AS tahun lalu. Departemen tersebut menobatkan Aqil sebagai “Teroris Global yang Ditunjuk Khusus” pada tahun 2019.
Terbunuhnya Aqil terjadi di tengah gelombang besar serangan udara terhadap posisi Hizbullah di Lebanon selatan pada Kamis malam dan Jumat, menambah kekhawatiran akan meningkatnya konflik yang serius di sepanjang perbatasan selama berbulan-bulan.
Serangan tersebut menyusul janji pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah untuk membalas dendam terhadap Israel, yang dituduh kelompok tersebut mengatur serangan dua hari di Lebanon dengan meledakkan pager dan radio genggam milik Hizbullah, menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai ribuan orang. Israel belum mengomentari insiden tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan mereka menghancurkan lebih dari 100 peluncur rudal dan depot amunisi milik Hizbullah pada hari Kamis dan Jumat serta beberapa target di Beirut. Gambar yang dipublikasikan di media sosial dan media pemerintah Lebanon menunjukkan gumpalan asap menutupi lingkungan di Beirut selatan.
Hizbullah menembakkan rudal ke Israel pada Jumat yang tampaknya menyebabkan kebakaran. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Nasrallah menyerukan pada Kamis bahwa serangan pager dan walkie-talkie melanggar “semua garis merah” dan itu adalah “deklarasi perang.”
Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, memperingatkan bahwa “serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan keamanan Lebanon” adalah preseden berbahaya yang dapat “menandakan perang lebih luas” antara Israel dan Hizbullah.
Hizbullah, yang didukung Iran dan sekutu Hamas, hampir setiap hari menembakkan rudal ke wilayah Israel sejak 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel dan Israel membalasnya dengan melancarkan perang di Gaza. Sekitar 60.000 penduduk Israel di Israel utara telah mengungsi ke selatan di tengah serangan Hizbullah.
Israel berjanji memberikan keamanan bagi warganya untuk kembali ke Israel utara. IDF pada hari Jumat mencabut perintah sementara yang membatasi pergerakan dan pertemuan besar yang dikeluarkan bagi komunitas di Israel utara dan Dataran Tinggi Golan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan negaranya “berada di awal fase baru perang.”
Hizbullah dan Israel telah bermusuhan selama bertahun-tahun dan terakhir kali terlibat perang besar pada tahun 2006.
Sumber: USA TODAY