Iran kembali memanas! Pada Selasa malam, 1 Oktober 2024, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik yang menghantam wilayah Israel. Tindakan ini langsung memicu perhatian dunia internasional, apalagi setelah Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa serangan tersebut adalah aksi pertahanan diri yang sah dan sesuai dengan Piagam PBB. Menurutnya, serangan ini merupakan respons langsung atas agresi yang dilakukan oleh Israel terhadap Iran dan sekutunya.
Pernyataan Tegas dari Presiden Iran
Presiden Pezeshkian menjelaskan bahwa Iran bukanlah negara yang suka memulai peperangan, tetapi negara tersebut tidak akan tinggal diam jika diserang. Dalam pernyataannya, dia menegaskan, “Biarkan Netanyahu tahu bahwa Iran bukanlah negara yang suka berperang, tetapi kami akan berdiri teguh melawan ancaman apapun. Ini hanya sebagian kecil dari kekuatan kami. Jangan coba-coba memulai konflik dengan Iran.” Pezeshkian menekankan bahwa tindakan ini bertujuan untuk melindungi warga negara Iran dan mempertahankan kepentingan nasional dari ancaman luar.
Iran di PBB: Tindakan yang Legal dan Sah
Misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) langsung mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap langkah tersebut. Mereka menyebut serangan rudal ini sebagai tindakan yang legal, rasional, dan sah sebagai balasan atas tindakan teroris yang dilakukan oleh Israel. Dukungan ini menggarisbawahi posisi Iran di dunia internasional yang ingin menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan hukum internasional.
Pembalasan atas Pembunuhan Tokoh Sekutu Iran
Serangan rudal ini dilaporkan sebagai aksi balasan Iran atas pembunuhan tiga tokoh penting yang bersekutu dengan mereka: Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas; Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah; dan Abbas Nilforoshan, komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Haniyeh tewas di Teheran pada bulan Juli lalu, sedangkan Nasrallah dan Nilforoshan terbunuh di Beirut hanya pekan lalu. Tentu saja, Iran tidak tinggal diam dan segera melancarkan serangan sebagai bentuk pembalasan.
Ancaman dari IRGC Jika Israel Membalas
Tindakan Iran jelas-jelas tidak main-main. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengeluarkan peringatan keras bahwa jika Israel berani membalas serangan ini, mereka akan menghadapi balasan yang lebih menghancurkan. IRGC bahkan menyebutkan tiga pangkalan militer Israel di Tel Aviv yang menjadi target utama serangan rudal Iran. Jika Israel melawan, maka situasi bisa semakin memanas.
Serangan Sukses, Sistem Pertahanan Israel Gagal
Dalam pernyataannya, Presiden Pezeshkian juga menyoroti bahwa sistem pertahanan udara Israel, yang dikenal sebagai Iron Dome, gagal untuk mencegat rudal-rudal balistik dari Iran. Beberapa video yang beredar memperlihatkan bagaimana proyektil-proyektil tersebut berhasil mencapai target yang telah ditentukan di wilayah Israel. Bahkan, dalam sebuah rapat kabinet, Pezeshkian menyindir bahwa sistem Iron Dome itu “lebih rapuh daripada kaca.”
Operasi True Promise 2 oleh IRGC
Serangan ini disebut sebagai bagian dari Operasi True Promise 2, sebuah operasi militer besar-besaran yang diluncurkan oleh IRGC. Dalam operasi tersebut, Iran menembakkan lebih dari 180 rudal jarak jauh ke Israel, dan 90 persen dari serangan tersebut berhasil mencapai target, termasuk markas besar Mossad dan pangkalan udara Nevatim. Operasi ini merupakan pembalasan atas pembunuhan tiga tokoh penting yang bersekutu dengan Iran, yaitu Ismail Haniyeh, Hassan Nasrallah, dan Abbas Nilforoshan.
Sejarah Operasi True Promise
Serangan rudal ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh Iran ke Israel. Pada April 2024, Iran juga meluncurkan serangan rudal yang dikenal dengan nama Operasi True Promise 1, sebagai balasan atas serangan Israel ke kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah. Saat itu, serangan udara Israel menewaskan komandan IRGC, Mohammad Reza Zahedi.
Pezeshkian Sebut Serangan sebagai Balasan atas Agresi Israel
Presiden Pezeshkian menegaskan bahwa Operasi True Promise 2 ini adalah serangan balasan terhadap apa yang disebutnya sebagai agresi rezim Netanyahu. Pezeshkian menekankan bahwa tujuan utama dari serangan ini adalah untuk menjaga perdamaian dan keamanan, baik di Iran maupun di kawasan Timur Tengah.
Tanggapan Iran atas Seruan Barat
Pasca pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran, berbagai negara Barat menyerukan agar Iran menahan diri dan mengupayakan gencatan senjata di Gaza. Namun, Pezeshkian justru menolak seruan tersebut. Ia menyatakan bahwa Israel terus melakukan kejahatan dengan membunuh warga sipil yang tak berdosa di Gaza, dan bahkan memperluas tindakan mereka ke Lebanon. Dengan demikian, Iran merasa perlu untuk melakukan tindakan balasan demi melindungi warganya.
Dengan eskalasi yang terus terjadi antara Iran dan Israel, dunia saat ini sedang berada di ambang potensi konflik besar di Timur Tengah. Tindakan saling balas antara kedua negara ini dapat mempengaruhi stabilitas kawasan dan dunia internasional, terutama karena keduanya memiliki sekutu yang kuat. Iran merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk pembalasan yang sah, sementara Israel mungkin akan segera merespons. Dunia internasional tentu akan terus memantau perkembangan situasi ini.