Hanya lima negara yang menyumbang 56 persen kasus tuberkulosis baru setiap tahunnya—India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan. (Foto: Ilustrasi/CDC)

WHO: Kasus Tuberkulosis Secara Global Capai Angka Tertinggi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kasus baru tuberkulosis secara global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023.

Sekitar 8,2 juta orang baru didiagnosis mengidap tuberkulosis (TB) pada tahun lalu, yang merupakan jumlah tertinggi sejak organisasi tersebut mulai memantau penyakit ini pada tahun 1995, ungkap WHO dalam pernyataannya pada 29 Oktober.

“Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari 7,5 juta yang dilaporkan pada tahun 2022, menempatkan TBC kembali sebagai penyakit menular pembunuh utama pada tahun 2023, melampaui COVID-19,” tambah WHO.

Berdasarkan laporan WHO pada 29 Oktober, TBC menyebabkan sekitar 1,25 juta kematian tahun lalu.

Jumlah total orang yang mengidap TBC telah meningkat sejak tahun 2021. Tahun lalu, 10,8 juta orang tertular penyakit ini, sedikit meningkat dari 10,7 juta orang pada tahun sebelumnya, namun jauh lebih tinggi dibandingkan 10,1 juta orang pada tahun 2020.

WHO mencatat, sebagian besar peningkatan kasus TBC antara tahun 2022 dan 2023 mencerminkan pertumbuhan populasi. Tingkat kejadian sebagian besar tetap sama di kedua tahun.

Hanya lima negara yang menyumbang 56 persen kasus tuberkulosis baru setiap tahunnya—India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan.

Tereza Kasaeva, direktur Program Tuberkulosis Global di organisasi tersebut, menyebut angka-angka tersebut sebagai “kenyataan yang menyedihkan,” dan menekankan perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi masalah ini. Ada “kebutuhan mendesak untuk mengatasi tuberkulosis yang resistan terhadap obat, yang merupakan penyebab utama resistensi antimikroba.”

“Penurunan jumlah kematian akibat TBC sejak tahun 2022 dan melambatnya peningkatan angka kejadian TBC merupakan hasil dari pemulihan substansial pasca-COVID dalam diagnosis dan pengobatan TBC,” ungkap laporan tersebut.

WHO mencatat bahwa hambatan utama untuk menutup kesenjangan diagnostik dan pengobatan di antara penderita TBC adalah biaya finansial. Sekitar 50 persen orang menghadapi biaya pengobatan yang melebihi 20 persen pendapatan tahunan mereka, yang oleh WHO disebut sebagai “bencana besar.”

“Fakta bahwa TBC masih membunuh dan membuat banyak orang sakit adalah hal yang memalukan ketika kita memiliki alat untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobatinya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

More From Author

Hanya lima negara yang menyumbang 56 persen kasus tuberkulosis baru setiap tahunnya—India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan. (Foto: Ilustrasi/CDC)

Presiden Prabowo Resmi Bubarkan Satgas UU Cipta Kerja

Hanya lima negara yang menyumbang 56 persen kasus tuberkulosis baru setiap tahunnya—India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan. (Foto: Ilustrasi/CDC)

Pertemuan Prabowo dan Xi Jinping Hasilkan 7 Kesepakatan Strategis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *