(Khabar) – Jumlah kematian akibat kolera di tahun 2023 melonjak hingga 71% dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun jumlah kasus hanya meningkat sebesar 13%. Menurut laporan terbaru dari WHO, konflik dan perubahan iklim menjadi dua penyebab utama kenaikan angka kematian ini. Kolera, penyakit yang sebenarnya mudah dicegah dan diobati, tetap menjadi momok yang menghantui banyak negara.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Philippe Barboza, seorang ahli kolera dari WHO, “Bagaimana mungkin di tahun 2024 orang masih meninggal karena tidak punya akses ke garam rehidrasi seharga 50 sen?”
Kolera adalah penyakit yang dikenal memiliki pengobatan murah, namun wabah yang meluas telah membebani banyak sistem kesehatan, termasuk di negara-negara yang sebelumnya siap menghadapi kolera. Salah satu contohnya adalah di Zambia, di mana Lusaka terpaksa mendirikan pusat perawatan kolera di stadion sepak bola demi menampung pasien yang membludak.
Krisis Air Bersih Memperburuk Wabah
Di Afrika, wabah kolera diperparah oleh peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan yang merusak infrastruktur dan memperburuk akses terhadap air bersih. Di Sudan, anak-anak yang sudah kekurangan gizi semakin rentan terhadap serangan kolera. Dr. Bashir Hamid menjelaskan, “Kami melihat anak-anak yang lemah karena malnutrisi, mereka tidak punya pertahanan melawan kolera.”
Tantangan Ketersediaan Vaksin
Pada tahun 2023, sebanyak 45 negara melaporkan adanya wabah kolera, naik dari 35 negara pada tahun 2021. Sebanyak 9 negara, termasuk Bangladesh, Afghanistan, dan Somalia, melaporkan lebih dari 10.000 kasus. Meski permintaan vaksin kolera mencapai 74 juta dosis pada tahun ini, hanya kurang dari setengah yang dapat dipenuhi. Saat ini, hanya ada satu produsen global untuk vaksin kolera, yakni EuBiologics dari Korea Selatan. Mereka berencana meningkatkan produksi hingga 40% pada akhir 2024. Bharat Biotech, produsen vaksin dari India, baru saja mendapatkan persetujuan domestik untuk vaksin HillChol dan berencana memulai produksi global pada 2026.
Sungguh ironis bahwa di zaman modern ini, ketika teknologi kesehatan sudah maju, kematian akibat kolera masih begitu tinggi. Penyakit ini seharusnya bisa dicegah dengan langkah-langkah sederhana, namun krisis air bersih, sistem kesehatan yang kewalahan, dan kekurangan vaksin menjadi tantangan yang besar. Fakta bahwa anak-anak yang sudah kekurangan gizi semakin rentan terhadap penyakit ini menambah keprihatinan
Kita perlu melihat ini sebagai seruan mendesak untuk memperkuat infrastruktur kesehatan global, terutama di wilayah-wilayah yang rawan. Selain itu, upaya meningkatkan produksi vaksin juga harus diprioritaskan, karena kita tidak bisa terus-menerus membiarkan kekurangan pasokan vaksin menjadi alasan tingginya angka kematian kolera di banyak negara.
Kolera mungkin tampak seperti penyakit dari masa lalu, namun kenyataannya masih menjadi ancaman serius di banyak negara. Akses terhadap air bersih, ketersediaan vaksin, dan respons cepat dari sistem kesehatan adalah kunci untuk mengatasi wabah ini. Jika masalah-masalah ini tidak segera ditangani, kolera akan terus menelan korban, dan peningkatan angka kematian seperti yang terjadi tahun ini mungkin akan terus berlanjut di masa mendatang.