Bill Gates, pengusaha miliarder sekaligus dermawan terkenal, baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pandemi dan konflik global di masa depan. Dalam sebuah wawancara, Gates menyatakan prediksi yang mengkhawatirkan: “Maka akan ada pandemi lain, kemungkinan besar dalam 25 tahun ke depan.” Pernyataan ini sejalan dengan analisisnya tentang potensi ancaman global yang mungkin datang lebih cepat dari yang kita duga.
Walaupun Gates tetap optimis terhadap kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan upaya pemberantasan penyakit seperti polio, ia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya mengenai kemungkinan munculnya pandemi baru. Gates menilai bahwa respons global terhadap pandemi COVID-19, terutama dari Amerika Serikat, sangat mengecewakan. Ia menambahkan, “Negara yang diharapkan dunia untuk memimpin dan menjadi model ternyata gagal memenuhi harapan itu.”
Kritik Gates tidak berhenti di situ. Profesor Paul Hunter, pakar epidemiologi dari Universitas East Anglia, juga ikut angkat suara. Hunter menyoroti lambatnya respons global terhadap wabah baru seperti cacar monyet (Mpox). Menurutnya, “Di Barat, kita hanya benar-benar tertarik pada suatu penyakit ketika penyakit itu mulai mengancam kita secara langsung. Masalahnya adalah bahwa begitu banyak penyakit ini dapat dicegah penyebarannya jika negara-negara di sana memiliki sumber daya.” Pernyataan ini menambah urgensi untuk memperbaiki sistem kesehatan global dan mempercepat respons terhadap wabah.
Dalam konteks ketegangan geopolitik, Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, memberikan pandangannya tentang ancaman ekonomi global. Dimon memperingatkan bahwa ketegangan geopolitik, seperti invasi Rusia ke Ukraina, merupakan ancaman besar bagi perekonomian dunia. Ia mengakui bahwa tanggapan Amerika Serikat terhadap invasi Rusia cukup serius, tetapi memperingatkan, “Kita pernah berhadapan dengan inflasi sebelumnya. Kita pernah berhadapan dengan defisit sebelumnya. Kita pernah berhadapan dengan resesi sebelumnya, dan kita belum pernah melihat hal seperti ini sejak Perang Dunia II.”
Kita seharusnya tidak hanya fokus pada perkembangan teknologi dan kemajuan medis tanpa menyadari risiko yang mengintai di masa depan. Kegagalan respons global terhadap pandemi dan wabah menunjukkan bahwa kita perlu lebih proaktif dan siap menghadapi ancaman yang mungkin muncul.
Pandemi dan konflik global tidak hanya masalah pemerintah dan lembaga internasional, tetapi juga tanggung jawab setiap individu untuk mendukung sistem kesehatan dan keamanan global. Dengan memperhatikan peringatan para ahli dan pemimpin dunia, kita bisa lebih siap dan lebih tanggap dalam menghadapi tantangan besar yang akan datang.