Kritik Jusuf Kalla: Nadiem Makarim Minim Pengalaman Pendidikan

(Khabar) – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim kembali menjadi sorotan. Kali ini, kritik datang dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang menyoroti kurangnya pengalaman Nadiem dalam dunia pendidikan, meskipun memegang posisi penting di kementerian. JK bahkan mengkritik absennya Nadiem dalam berbagai kegiatan kampus dan daerah.

Kurangnya Kehadiran Nadiem di Kampus dan Daerah

JK secara terang-terangan mengatakan bahwa Nadiem jarang hadir ke kantor dan tidak pernah berkunjung ke daerah. Hal ini semakin diperkuat oleh pengamat pendidikan Edi Subkhan.

Menurut Edi, “Termasuk juga seorang Nadiem Makarim itu kalau di dalam lingkup kampus sendiri juga menjadi pertanyaan sebenarnya, karena menjadi salah satu menteri yang paling jarang mau diundang secara formal ke kampus juga sebenarnya.”

Kritik ini bukan tanpa alasan. Nadiem lebih sering terlihat mempromosikan program Merdeka Belajar daripada menghadiri acara-acara akademik di universitas. Kehadirannya lebih banyak terlihat dalam kunjungan kampanye program ketimbang menghadiri diskusi ilmiah di kampus. Padahal, menurut Edi, kampus adalah pusat perubahan yang sangat penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan produksi tenaga kerja profesional.

Harapan untuk Pemerintahan Selanjutnya

Kritik terhadap Nadiem juga memperlihatkan harapan besar terhadap pemerintahan mendatang. Edi Subkhan berharap agar menteri pendidikan selanjutnya lebih memahami dunia pendidikan dan memiliki dasar ilmiah yang kuat untuk membawa perubahan. Kunjungan ke kampus negeri, yang notabene adalah investasi pemerintah, dianggap krusial untuk memastikan pembinaan pendidikan berjalan dengan baik.

Edi menambahkan, “Pak Ki Hajar Dewantoro, orang hebat, mendirikan taman siswa. Itu cikal bakal dari prinsip pendidikan kita.”

Kebijakan yang Kerap Menimbulkan Polemik

Latar belakang Nadiem yang bukan dari dunia pendidikan dianggap mempengaruhi kebijakan-kebijakannya yang seringkali memicu polemik di masyarakat. Beberapa kebijakan dianggap kurang tepat karena tidak berdasarkan pengalaman dan diskusi ilmiah. JK juga membandingkan Nadiem dengan tokoh-tokoh pendidikan terdahulu seperti Ki Hajar Dewantoro, Soemantri, dan Syarief Thayeb, yang memiliki rekam jejak yang jelas di dunia pendidikan.

Kritik terhadap Nadiem Makarim ini menunjukkan betapa pentingnya pemimpin yang benar-benar paham akan dunia yang mereka kelola, terutama di bidang pendidikan. Kehadiran seorang menteri tidak hanya diukur dari kebijakan yang mereka buat, tetapi juga dari keterlibatan langsung dalam komunitas pendidikan, baik di kampus maupun di daerah.

Merdeka Belajar mungkin program yang revolusioner, tetapi kebijakan tanpa fondasi yang kuat dan kehadiran fisik seorang pemimpin bisa mengurangi dampaknya. Idealnya, seorang menteri pendidikan juga harus menjadi bagian dari diskusi ilmiah di kampus dan memahami kebutuhan akademisi serta pelajar secara langsung.

More From Author

Mahfud MD Jelaskan Penggunaan Jet Pribadi Jusuf Kalla

Trump Ungkap Dokumen Rahasia Jika Terpilih Lagi: UFO dan JFK Jadi Fokus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *